Kamis, 30 Juli 2020

Selamat Jalan, Pak Ajip Rosidi


Buku ini sudah menjadi koleksi milik orangtua sejak saya masih bayi. Ada tanda tangan mendiang Ibu, tanggal pembelian 6/6'77, harga buku Rp 4000; dan dibeli di Toko Buku dan Alat Tulis "Merbabu" Semarang. Sejujurnya saya baru menemukan buku ini dan mulai membacanya sejak saya tertarik menulis cerpen, kurang dari 15 tahun lalu. Sedari awal saya sungguh kagum dan respek kepada penyusun buku yang luar biasa ini. Hingga kini saya belum tuntas membacanya dan masih terus mempelajari isinya. 


Kuteliti tanganku : urat-uratnya, tulang-tulangnya... 
Bisa saja lenyap tiba-tiba. Tak satu pun kupunya. 
Selain doa. 
(dikutip dari puisi Memandang Kehidupan karya Ajip Rosidi, 1968) 

Selamat jalan, Pak Ajip Rosidi (1938-2020).


Rabu, 29 Juli 2020

Kebenaran Disertai Kesakitan

“Kebanyakan orang di dunia ini tidak menginginkan kebenaran yang dapat dibuktikan secara nyata. Kebenaran biasanya disertai kesakitan hebat, seperti katamu. Dan orang pada umumnya tidak menginginkan kebenaran yang disertai kesakitan. Orang butuh cerita yang indah dan menyenangkan, yang mampu memberi perasaan bahwa dirinya bermakna, meski sedikit. Karena itulah agama muncul.”

(Haruki Murakami dalam IQ84 Jilid 2) 

Selasa, 28 Juli 2020

Dunia yang Aneh

Memang dunia yang aneh. Sejauh mana hipotesis dan sejauh mana kenyataan, semakin hari semakin sulit dilihat batasnya. Hei, Tengo, sebagai novelis, menurutmu apa definisi kenyataan?”
“Tempat orang mengucurkan darah merah kalau ditusuk jarum. Itulah dunia nyata,” jawab Tengo. 

(Haruki Murakami dalam IQ84 Jilid 3)

Minggu, 26 Juli 2020

Puisi-Puisi Masa Bocah

Suasana di Kelasku yang ditulis 30-12-1987 mengawali "Kumpulan Karyaku kang 'ra ngerti sastra" berwujud notes berwarna coklat itu. Berikut ini sejumlah puisi yang dibuat bocah penggemar komik yang mulai suka baca serial Lupus pada 1987-1988.  

Suasana di Kelasku 

Kalau sedang tidak ada guru 
ramai nian 
suasana di kelasku 
Bagai pasar bursa menghadapi devaluasi dollar 
Ragam macam kegiatan dilakukan 
Saling lempar-lemparan, saling bincang berbincang, 
ngrasani, 
dan ada juga yang 
kerjakan PR 

Minggu Pagi 

Minggu pagi, 
engkau datang lagi 
menyambut ceria hati 
bersemi bersama sang mentari pagi  

bapak tani pergi ke ladang 
orang kaya pergi berenang 
Minggu pagi, 
selamat datang di bumi yang indah ini 

Zaman Teknologi Canggih 

Gatotkaca 
bersembunyi di balik mega 
ngeri melihat moncong rudal berkepala nuklir 
Putra Yama Widura 
yang telah berprestasi memantau Bharatayudha 
kalah melawan antena parabola 
Sang Wrekudara 
sudah tak ada guna lagi 
robot-robot sudah merajai dunia

Gumamku 

Telah lama berselang 
aku tak lagi mengarang 
mengarang puisi yang sekedar selingan 
untuk menuangkan imajinasi hati nurani 

Rupanya sudah sebulan 
aku tak menulis puisi 
tapi untunglah aku ingat 
dan kini mulai kurintis lagi 
mencurahkan bakat yang terlalu dibuat-buat 

Selamat Hari Puisi Indonesia.

Coretan Bocah Gemar Menggambar

Beberapa coretan seorang bocah kelas I SMP pada tahun 1988 di sebuah buku kecil (notes) yang berisi sejumlah gambar dan puisi. Saya sempat lupa menyimpan notes itu di mana dan baru ketemu hari ini. Dulu saya memang cukup gemar menggambar.





Jumat, 24 Juli 2020

Sajak bagi SDD dan Sajak untuk AGS


Sajak karya Ags. Arya Dipayana bagi Sapardi Djoko Damono dimuat di buku Sehingga Kabut yang diterbitkan oleh Hutan Karet Depok (1990). Sang guru kemudian menulis Sajak untuk AGS yang menutup buku Tetapi Waktu, kumpulan tulisan tentang Ags. Arya Dipayana yang diterbitkan oleh Teater Tetas Jakarta (2011). 

Maut, katamu, tak bisa sombong karena tak bisa lagi membunuhmu. Dan kau pun terus menyanyi tanpa berpikir tentang tepuk tangan dalam lakon yang kaupimpin sendiri tengah malam itu. Maka sempurnalah pementasan itu dalam sebuah nyanyian, 
perjamuan telah digenapkan, 
ke mana lagi kau harus menuju? 
(dikutip dari bait terakhir Sajak untuk AGS)

Mengharamkan Kata 'Liyan'

Selama mendengarkan khotbah di Masjid Gedhe ia tetap mendengar kata-kata Pingkan di sela-sela pengkhotbah untuk tidak memanfaatkan agama sebagai alat untuk mencapai apa pun, kecuali untuk mendekatkan diri dengan Allah. Itu perintah Allah, itu perintah Muhammad SAW, itu yang menjadi dasar keyakinannya sebagai orang yang harus menghargai keyakinan orang lain, yang selalu mengharamkan kata 'liyan' dalam cara berpikirnya. Biarlah kata itu tetap ada di kamus, tetapi tidak perlu digunakan untuk mencibir, apa lagi menyiksa orang lain.

(Sapardi Djoko Damono dalam novel Hujan Bulan Juni)

Senin, 20 Juli 2020

Mengenang Sapardi : Kesederhanaan Sesuatu yang Indah


Meskipun sudah mengenal beliau sebagai penyair kondang, tapi buku karya beliau yang pertama kali saya miliki adalah kumpulan cerpen Membunuh Orang Gila. Saya membelinya di Gramedia Sudirman pada 2006. Setelah itu barulah saya mengoleksi Nokturno : Lirik Musikalisasi Puisi Sapardi Djoko Damono. Buku ini memuat puisi-puisi yang sangat dikenal publik, seperti Aku Ingin, Di Restoran, Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Sajak-Sajak Kecil Tentang Cinta, dan Yang Fana Adalah Waktu. Saya membeli buku bersampul biru tersebut di Studio Teater Garasi pada 2010. 

Mengutip kata pengantar dalam Membunuh Orang Gila : Lewat kata-kata dalam karya-karyanya, Sapardi bisa memainkan logika dengan amat piawai. Lebih dari itu, Sapardi telah membuktikan bahwa kesederhanaan masih tetap sesuatu yang indah, dan keindahan itu abadi.

Minggu, 19 Juli 2020

Mengenang Sapardi : 19-7-20


Hening adalah 
ketika aku 
tak lagi 
mampu 
mengeja 
apa pun 
yang baru saja 
kuucapkan.  
(Hening Gendis, halaman 19 Kitab Puisi Perihal Gendis) . 

Penyair memilih kata-kata dan menyusunnya sedemikian rupa agar bisa menimbulkan perasaan tertentu bagi yang membacanya.  
(Bagian Pertama, halaman 7 Bilang Begini, Maksudnya Begitu) 

Nasib memang diserahkan kepada manusia untuk digarap, tetapi takdir harus ditandatangani di atas meterai dan tidak boleh diganggu gugat kalau nanti terjadi apa-apa, baik atau buruk. Kata yang ada di Langit sana, kalau baik ya alhamdulilah, kalau buruk ya disyukuri saja.  
(Bab Dua, halaman 20 novel Hujan Bulan Juni)



Sugeng Tindak, Pak Sapardi


Sugeng tindak, Pak Sapardi. Matur nuwun untuk semua karya indah, inspirasi, dan pelajaran hidup yang Bapak bagikan selama ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi pahala yang tiada putusnya. Aamiin...

Sapardi Djoko Damono (20 Maret 1940 - 19 Juli 2020)

Rabu, 15 Juli 2020

Jangan Merasa Aman

Jangan merasa aman dari kebodohan seseorang hanya karena dia kerabat atau temanmu karena kebakaran yang paling membahayakan adalah yang terdekat denganmu.

(M. Quraish Shihab - Yang Sarat & Yang Bijak)

Jangan Takut Lelah


Selasa, 14 Juli 2020

Tidak Bisa Hidup Tanpa Pola

"Manusia tidak bisa hidup tanpa pola. Pola itu sama seperti tema dalam musik. Tapi pola juga mengikat pemikiran dan tindakan orang dan membatasi kebebasannya. Pola bisa mengubah urutan prioritas, dan bisa juga membengkokkan logika."

(Haruki Murakami dalam IQ84 Jilid 3)

Senin, 13 Juli 2020

Dua Batas Hidup

Hidup mempunyai dua batas : harapan dan ajal.
Dengan harapan kehidupan terpelihara 
dan dengan ajal kehidupan terhenti.

(Socrates)

Kamis, 09 Juli 2020

Kudu Kuwat


Apa pun masalahmu, kuat tidak kuat, kamu harus kuat.
Tapi jika kamu sudah tidak kuat sungguh, ya mesti kuat.
(Didi Kempot)

Rabu, 08 Juli 2020

Kasih Berlimpah Bawa Keberuntungan


Kasih yang berlimpah membawa keberuntungan, 
menumpuk kebencian membawa bencana.
Setiap orang yang gagal mengenali masalah ibaratnya meninggalkan pintu dalam keadaaan terbuka, dan tragedi pun masuk dengan mudahnya.


(Lao Tzu, dikutip Paulo Coelho dalam Kitab Suci Kesatria Cahaya)

Jika Kau Ingin


Selasa, 07 Juli 2020

Di Mana Ada Harapan, Di Situ Ada Cobaan

"Di mana ada harapan, di situ ada cobaan. Kata-katamu benar. Benar sekali. Tapi harapan jumlahnya sedikit, dan sebagian besarnya abstrak, sedangkan cobaan begitu banyak dan biasanya konkret."

(Haruki Murakami dalam IQ84 Jilid 3)

Sabtu, 04 Juli 2020

Resital Piano Lagu-Lagu Tamansiswa


Alhamdulillah, acara Resital Piano persembahan untuk 98 tahun Perguruan Tamansiswa pada 3 Juli 2020 telah berjalan dengan baik. Bertempat di Museum Dewantara Kirti Griya di salah satu ruangan yang dahulu merupakan ruang kerja Ki Hadjar Dewantara, lagu-lagu Tamansiswa dimainkan menggunakan piano milik Ki Hadjar. Dentingan khas piano yang sudah berusia 82 tahun ini semakin memperindah lagu-lagu karya dan gubahan Ki Hadjar Dewantara, juga karya para empu Tamansiswa lainnya. Sekitar dua minggu mempelajari kembali lagu-lagu bermakna mendalam ini, mengulangnya berkali-kali, mencoba melukiskan isi lagu melalui alunan melodinya. Mendekati satu minggu hampir setiap hari berlatih di museum supaya lebih akrab dengan piano bersejarah milik Ki Hadjar dan membiasakan diri memainkannya di dalam ruang kerja beliau. 



Tibalah hari yang dinantikan. Setelah mengawalinya dengan doa bersama, resital pun dimulai. Lagu demi lagu dimainkan dengan pembacaan narasi untuk memperkuat makna setiap lagu yang akan dipersembahkan. Sempat ada sedikit gangguan teknis, namun alhamdulillah tidak mengurangi konsentrasi permainan tuts hitam putih. Denting terakhir menjadi penutup Resital Piano yang penuh dengan nuansa bersejarah ini. 
Maturnuwun, Ki Hadjar dan Nyi Hadjar Maturnuwun, Ki Narwan Sutarmas, Ki Hadisoekatno, Ki Soeratman, Ki Nayono, Ki Oengki Soekirno, Nyi Margono, dan Ki Priyo Dwiarso. Maturnuwun semua yang sudah mendukung acara ini. Semoga barokah. 
Dirgahayu Tamansiswa! Salam dan bahagia.
Silakan menyaksikan Resital Piano KHD di YouTube channel Dewantara Museum, jangan lupa Like & Subscribe.

(Hapsari Satya Lestari)



Jumat, 03 Juli 2020

Musik Media Pendidikan



Ki Hadjar Dewantara menjadikan musik sebagai media yang sangat penting untuk mendidik jiwa manusia, budi-pekerti dan karakter anak-anak bangsa, agar terbiasa dengan kendahan dan kehalusan rasa.
Selamat ulang tahun ke-98 untuk Perguruan Tamansiswa. Semoga ajaran-ajaran Ki Hadjar Dewantara semakin dikenal, dihayati, dan diamalkan oleh bangsa Indonesia. Dirgahayu Tamansiswa!