Minggu, 31 Desember 2017

Buku Bertanda Tangan Penulis

Ada perubahan yang terjadi pada 2017 ketika dalam sejumlah buku yang kumiliki ada tanda tangan penulis buku-buku tersebut. Kesempatan pertama kuperoleh di Bentara Budaya Yogyakarta pada 4 April. Malam itu kubeli kumpulan cerpen terbaru Indra Tranggono (Menebang Pohon Silisilah) dan Yuditeha (Balada Bidadari) sekaligus mendapat tanda tangan mereka. Selanjutnya, Sapardi Djoko Damono menorehkan tanda tangannya dalam novel Hujan Bulan Juni di Gramedia Sudirman pada 26 Agustus. Terakhir, Agus Noor menandatangani Lelucon Para Koruptor di Kafe Basabasi pada Desember. 

Cuma sayangnya aku tidak mendapat tanda tangan Iman Budhi Santosa dan Sinta Ridwan ketika mereka berada tak jauh dariku sehabis kubeli Profesi Wong Cilik dan Perempuan Berkepang Kenangan. Rada kecewa, tapi tak apalah. Aku mendapat banyak ilmu dan wawasan baru ketika menyimak Pak Iman dalam acara pembahasan bukunya di Rumah Maiyah. Demikian pula saat aku melihat Sinta bercerita soal buku puisinya bersama penyair lainnya di acara Tahun Baru di JBS. Meskipun akhirnya yang kubeli lebih dulu adalah buku kumpulan cerpennya, bukan buku puisinya. Aku lebih tertarik menyimak cerpennya, selain karena aku juga penulis cerpen, juga lantaran sampul Perempuan Berkepang Kenangan berwarna biru, warna favoritku yang senada dengan warna jaket yang kukenakan sore itu.

Selasa, 26 Desember 2017

Pada Sebuah Jumat

Jumat pekan lalu, 22 Desember 2017, menjadi hari yang sibuk dan mengesankan bagiku. Saat pagi aku mendapat amanat untuk berbagi pengalaman sebagai penulis cerpen dalam sesi Bincang Para Penulis yang merupakan hari ketiga acara Festival Sastra Museum Dewantara 2017 di Museum Dewantara Kirti Griya (MDKG) Tamansiswa Yogyakarta. Bersama denganku terdapat dua penulis senior dari Balai Bahasa Yogyakarta dan seorang guru Bahasa Indonesia berprestasi yang produktif dalam menulis cerita. Kami semua yang hadir lantas dijamu panitia dengan nasi sop ayam seraya menikmati alunan lagu Bunda dari Aya (salah satu peserta pelatihan) dan pembacaan cerkak (cerita cekak) dari peserta lainnya. Para pembicara mendapatkan sertifikat beserta buah tangan berupa mug dan gantungan kunci yang dihiasi ajaran Ki Hadjar Dewantara.



Malam harinya aku mendampingi anak-anak vokal AFC (Art for Children) asuhan Pak Sigit Eko Riyanto yang tampil bersama Teater Nincha mementaskan operet anak inklusi bertajuk Bhumi : Setangkai Mawar untuk Ibu di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Operet tersebut disutradarai oleh Mas Broto Wijayanto, salah satu tokoh muda berprestasi dalam bidang kebudayaan di Yogyakarta yang sudah kerap mendapat penghargaan dari banyak pihak. Oh ya, Dwipa Hanggana Prabawa (penata musik) dan Theresia Wulandari (penata gerak) juga turut terlibat dalam pementasan tersebut.

Pentas yang diinisiasi oleh salah satu UKM di Fakultas Psikologi UGM tersebut sekaligus menjadi acara penggalangan dana bagi Panti Asuhan Bina Siwi yang terletak di Pajangan Bantul. Mereka yang diasuh di sana adalah saudara-saudara kita yang difabel. Sebelum operet dipentaskan, mereka sempat unjuk kebolehan memainkan alat musik di depan penonton. Sementara itu, pemeran utama operet adalah Udana, seorang bocah tuna rungu, yang mampu bermain dan bekerja sama dengan baik bersama teman-temannya yang bisa mendengar dan berbicara biasa. Pak Tedjo Badut dan anak buahnya ikut memeriahkan panggung pertunjukan malam itu.



Senin, 25 Desember 2017

Spiritualisme Pekerja Tradisional

Dengan memahami kembali spiritualisme para pekerja tradisional di Jawa sama halnya mewujudkan filosofi 'sangkan paraning dumadi' : dari mana, mau ke mana, dan sudah sampai di mana saat ini. 

(Iman Budhi Santosa dalam buku "Profesi Wong Cilik")

Kamis, 14 Desember 2017

Sejarah Ditulis Banyak Orang


Sejarah sebaiknya ditulis oleh banyak orang, jangan hanya ditulis oleh sebagian orang saja. 

(Kuntowijoyo)

Senin, 11 Desember 2017

Menulis Tak Pernah Usai

Pada akhirnya, menulis adalah proses belajar yang tak pernah usai. Dan itu jugalah yang membuat menulis begitu memikat. 

(DEE)


Sabtu, 09 Desember 2017

Pengetahuan Mengandung Jiwa

Tuhanku
berilah kami pengetahuan
yang mengandung jiwa
Mu
anugerahilah hasrat
yang tanpa nafsu
serta cinta
yang tak gampang tergoda

(Emha Ainun Nadjib)

Jumat, 01 Desember 2017

Swara Hujan

"Apakah yang kautangkap dari swara hujan, dari
daun-daun bugenvil basah yang teratur mengetuk
jendela? Apakah yang kautangkap dari abu tanah,
dari ricik air yang turun di selokan?"
Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah dan
hujan, membayangkan rahasia daun basah serta
ketukan yang berulang.

(Sapardi Djoko Damono dalam puisi "Hujan Dalam Komposisi, I")