Sabtu, 27 Februari 2021

Bapak dan Teman-temannya

 


Bapak saya semasa muda bersama teman-temannya. Tidak ada keterangan waktu dan tempat dalam foto ini. Bapak saya menjadi satu-satunya orang yang terlihat sepatunya. 

Rabu, 24 Februari 2021

Nenek Moyang Kita Paham Sains

Nenek moyang kita sangat paham dengan sains, meski dengan terminologi dan cara yang berbeda dalam penyampaiannya.

(Sabrang MDP)

Senin, 22 Februari 2021

Hidup Bukan Ilmu Hitung


Hidup bukan ilmu hitung; penuh rahasia, penuh hal tak terduga.

Tak mungkin digambarkan dalam dogma.

Tak mungkin disederhanakan dengan doktrin.


(W.S. Rendra dalam puisi Balik Kamu Balik, tahun 1972)

Minggu, 21 Februari 2021

Figur Tak Dikenal



Tidak semestinya lelaki itu mengeluh sekiranya hingga hari ini namanya tidak terkenal dan figurnya pun nyaris tak dikenal ketika berada dalam keramaian. Bukankah hal itu memang kehendaknya sendiri? Bahkan secara terus terang pernah dia ungkapkan kepada seorang gadis yang tengah dekat dengannya sekian tahun lalu.

          “Aku tidak mau jadi orang terkenal,” ucap lelaki itu kala bercengkrama berdua dengan  gadis bermata cemerlang pujaannya.

          “Lho, kenapa tidak mau? Bukankah terkenal itu menyenangkan? Dikagumi banyak orang dan mungkin juga punya banyak uang?” tanya sang gadis.

          “Mendapat perhatian banyak orang itu  tidak selamanya menyenangkan.”

          “Iya juga, sih. Perhatian orang lain terkadang mengusik hidup kita.”

          “Nah, itulah alasanku. Apalagi pada era media sosial belakangan ini, terdapat fenomena yang menurutku dahulu tidak ada. Seingatku, pada masa lalu ketika ada orang terkenal, maka dia hanya memiliki penggemar. Orang yang tidak suka, ya bersikap biasa dan tak peduli saja. Para penggemar lantas sering membentuk komunitas sebagai wujud kesukaan mereka kepada sang idola. Tapi, lihat saja kini. Para pembenci pun merasa penting untuk memiliki eksistensi.”

          “Yah, risiko menjadi orang terkenal sekarang memang harus siap memiliki pencinta dan sekaligus pembenci, Bung.”

          “Itulah yang membuatku enggan, maka lebih baik aku menjadi orang biasa. Barangkali hanya sedikit pula temanku, tapi aku tak perlu merasa punya musuh.”

          Lelaki itu belum mengerti bahwa gadis yang diajaknya bicara sebenarnya memiliki kedua orang tua yang dikenal publik. Ibunya adalah pakar pendidikan anak yang pendapatnya sering dikutip banyak orang, sedangkan ayahnya waktu itu merupakan pejabat yang dekat dengan menteri yang akhirnya menjadi wakil presiden.

Satu dekade telah berlalu. Lelaki itu masih tetap menjadi orang biasa. Biarpun puluhan karya tulisnya telah dimuat di sejumlah media cetak maupun daring, tapi namanya tetap saja tidak kondang. Padahal dia kerap pula menghadiri sejumlah acara literasi, sastra, maupun beraneka rupa kesenian yang begitu kerap digelar di kotanya. Hanya sesekali dia justru menyapa orang-orang kondang yang menjadi kawannya di media sosial.

Oh ya, ada seorang pemuda yang dahulu dikenalnya baru mulai merintis kariernya di dunia kepenulisan. Si pemuda yang ramah kini telah menjadi penulis tenar dan memiliki banyak penggemar. Belum lama ini, lelaki itu dan si penulis tenar secara tak sengaja bertemu di gedung bioskop. Ternyata si pemuda sudah melupakannya sama sekali.

Yogyakarta, 6 September 2019

#Cerpen ini pernah dimuat di Kedaulatan Rakyat, 1 Desember 2019.


Sabtu, 20 Februari 2021

Doa adalah Gugus Kata

 

doa adalah gugus kata yang menolak binasa

meski berkali-kali kita membunuhnya

dengan benda tumpul bernama lupa


(Gunawan Tri Atmodjo dalam puisi Doa)

Kamis, 18 Februari 2021

Salah Paham Terparah

 


Pandangan dan Laku Spiritual

 

Pandangan intelektual penting, tetapi pada gilirannya tak memadai untuk menjawab aneka persoalan ini. Pandangan itu harus naik menjadi pandangan spiritual. Dan itu pun tak pula cukup karena pada akhirnya harus naik menjadi laku spriritual.

(Prie GS)

Selasa, 16 Februari 2021

Pembaca yang Baik

Pembaca yang baik memiliki kekayaan imajinasi, ingatan, kosakata, dan sejumlah kepekaan artistik.

(Vladimir Nabokov - penulis Amerika kelahiran Uni Sovyet)

Penulis Menciptakan Dunia Rekaan

Penulis yang baik menciptakan dunia rekaannya dan para pembaca dengan senang hati menghanyutkan diri ke dalamnya.

(Cyril Conolly)

Senin, 15 Februari 2021

Hidup Layaknya Fotografi

Hidup itu layaknya fotografi. Memetik hikmah dari apa yang terjadi, tidak bisa dilakukan dengan kekerdilan pola pikir dan perenungan terburu-buru. Pada setiap bingkai peristiwa, berlangsung banyak sekali adegan, yang bila diulur akan menjadi cerita beragam versi. Cara melihat kejadian, ukuran jarak dengan fenomena itu serta intensitas cahaya -perlambang keluasan referensi dan penguasaan informasi- akan menentukan, apakah keindahan itu bisa direngkuh atau tidak.

(Erik Supit tentang Peter Sanders - fotografer muslim Inggris)

Sabtu, 13 Februari 2021

Ujung Pengetahuan dan Kesenian


·      Ujung pengetahuan adalah seni. Ujung kesenian adalah spiritualitas. Maka spiritualitas banyak sekali mengharuskan melewati jalan seni. Agak sulit membayangkan menjadi spiritual tetapi kehilangan seni. (Prie GS)

Jumat, 12 Februari 2021

Selamat Jalan Mas Prie GS

 


H. Supriyanto atau yang lebih dikenal dengan nama Prie GS telah tutup usia pada Jumat pagi (12/2/2021) di Semarang. Budayawan asal Jawa Tengah yang lahir di Kendal pada 2 Februari 1964 tersebut dikenal sebagai sosok multitalenta. Beliau piawai baik sebagai wartawan, penulis, kartunis, pembicara, dan yang jelas humoris. Saya pribadi mulai menggemari beliau ketika menjadi pembawa acara Humor Sufi bersama Candra Malik di kanal YouTube Coklat TV. Saya juga kerap menyimak ujaran beliau di kanal pribadi Prie GS maupun lewat akun Facebook-nya. Terus terang, saya turut berduka dan merasa kehilangan atas kepergian beliau yang terasa mendadak karena sebelumnya tidak tersiar kabar bahwa beliau sakit. Bahkan pada Selasa (9/2) beliau masih aktif di Facebook, Twitter, dan YouTube. 
Namun, pada akhirnya saya hanya bisa mengucapkan : 
"Selamat jalan, Mas Prie GS. Terima kasih sudah menjadi guru yang menyenangkan, setidaknya bagi saya. Semoga terang perjalanan sampeyan selanjutnya dan tenteram hidup di alam sana, tansah dalam kasih sayang-Nya. Aamiin..."

Kamis, 11 Februari 2021

Minggu, 07 Februari 2021

Ingin Bertegur Sapa

Aku ingin bertegur sapa. Aku ingin ngobrol basa-basi, bergosip, atau apa sajalah hal-hal yang remeh-temeh. Bagaimana mungkin, manusia tidak ngobrol dengan sesamanya?

(Yanusa Nugroho dalam cerpen Kandang)

Sabtu, 06 Februari 2021

Sejarah Tak Pernah Lelah

Sejarah merangkak seperti lintasan gerbong dari satu stasiun ke stasiun lain, tak pernah lelah. Sepuluh, dua puluh, atau bahkan seratus tahun kenangan senantiasa tercatat. Dari setiap generasi tumbuh hilang dan berganti.

(Joni Ariadinata dalam cerpen Putri Jelita dan Terbunuhnya Tuan Presiden)

Kamis, 04 Februari 2021

Negara dan Bumi

Negara, seperti halnya rumah, seharusnya adalah tempat perlindungan. Di mana seseorang merasa aman untuk tinggal di dalamnya, merasakan yang baik dan nyata dalam hidup mereka. Bumi memiliki manusia, bukan manusia yang memiliki bumi, itu pasti tidak sama dengan konsep negara dengan warganya. Sebab bukan negara yang memiliki kita, kitalah yang memiliki negara. Seharusnya begitu, bukan?

(Herlinatiens dalam novel Maria Tsabat)

Rabu, 03 Februari 2021

Tak Ada yang Lebih Kelam

"Tak ada yang lebih kelam daripada dendam seorang anak pada orang tuanya. Tapi tak ada yang lebih kejam daripada dendam seorang anak kepada orang tuanya yang dilampiaskan kepada keturunannya."

(Djenar Maesa Ayu dalam cerpen Dan Lalu)