Rabu, 31 Desember 2014

Buku yang Dibaca pada September-Desember 2014

Terdapat dua buah kumpulan puisi dan sebuah kumpulan cerpen terbitan penerbit indie yang saya beli dalam sebuah pameran buku di Mandala Bhakti Wanitatama, yaitu : Lumbung Perjumpaan (Agus R Sarjono), Angsa-Angsa Ketapang (Bernard Batubara), dan Lelaki yang Terus Mencari Sumbi (Hermawan Aksan).


Buku selanjutnya yang saya miliki adalah Demokreatif : Kisah Blusukan Jokowi (Hari Prast, Yoga Adhitrisna, dan Satriyo Wibowo) dan Musim yang Bercerita tentang Cinta (Guntur Alam).

Ada satu buku yang akhirnya menjadi jawaban atas permasalahan yang sempat saya hadapi tempo hari. Semula saya sama sekali tidak melihat sosoknya, hingga saat akan membawa dua edisi komik serial Winnetou & Old Shatterhand (Karl May) ke meja kasir, tiba-tiba buku itu menampakkan dirinya. Judulnya Creative Writing (AS Laksana).



Pada Desember saya menambah koleksi buku dengan membeli Komik 100 Kebiasaan Nabi (Wawan Kungkang & Straightedge Dw), 30 Tokoh Penemu Indonesia (Lilih Prilian Pranowo), Kapten Haddock-Milo (Michael Farr), Gendeng Ways & Salam Lemper (Cak Lontong), dan Notulen Cakeppp (Maman Suherman).

Menjaga Kebudayaan

Bangsa-bangsa yang beradab di tengah krisis besar ekonomi tidak hanya bicara ekonomi, tetapi juga menjaga kehidupan dengan seluruh aspeknya yang paling marjinal sekalipun : pengetahuan, teknologi, seni, hingga daya hidup pangan dan lingkungan.
Pada gilirannya, sesungguhnya mereka menjaga kebudayaan, yakni cara berpikir, bertindak, dan bereaksi terhadap dunia sekitar, tidak saja lewat membaca sejarah masa lampau, hari ini, tetapi juga masa depan.

(Garin Nugroho)

Kelahiran Kembali Nilai

Renaisans berarti kelahiran kembali. Yang harus kita lahirkan kembali adalah nilai/kebijakan yang dipesankan aneka peristiwa politik yang dahulu meratakan jalan perjuangan dan kini kita akui sebagai "tonggak-tonggak sejarah perjuangan kemerdekaan nasional".
Konsen kita mewujudkan renaisans adalah mengoreksi gerakan politika yang semakin jauh melenceng dari cita-cita semula yang serba luhur dari perjuangan kemerdekaan.
(Daoed Joesoef)

Sabtu, 27 Desember 2014

Hukum, Etika, Tradisi, dan Peradaban

Hukum yang tegas, berdasarkan kebenaran dan keadilan; etika yang semakin halus, dan tradisi yang unggul akan menuntun masyarakat, termasuk para politisi, untuk mencapai peradaban yang lebih tinggi dan dinamika serta proses politik yang sehat. (Siswono Yudo Husodo)

Rabu, 24 Desember 2014

Dampak Televisi terhadap Budaya

Buruknya tayangan televisi berdampak pada perusakan budaya dan pola pikir masyarakat. 
Pada zaman sekarang justru tayangan televisi di Indonesia cenderung disetir oleh tingkat 
rating. Kita akan sulit menemukan tontonan yang mencerminkan unsur pembangun 
peradaban. Ketika tayangan televisi kita semakin melenceng dari pondasi kebudayaan, 
maka peradaban kita rawan hancur.
Masalah terbesarnya adalah budaya televisi yang tidak memberi ruang alternatif, membuat 
kita menjadi semakin dangkal. Dampaknya, pendidikan maupun apresiasi terhadap cara
 bercerita dan cara bertutur kita didominasi oleh televisi yang disajikan secara vulgar.
Oleh karena itu kesenian-kesenian lain yang tidak punya cara berpanutan dengan televisi, 
mengalami persoalan dengan pertumbuhannya. Untuk merebut ruang tersebut, harus timbul perlawanan karena atas keinginan kuat dari masyarakat mengenai tontonan di luar televisi. 
Masyarakat juga harus memproduksi dan membangun tontonan-tontonan yang keluar dari
 kultur televisi itu sendiri. 
(Garin Nugroho - dikutip dari news.indonesiakreatif.net)

Selasa, 23 Desember 2014

Belajar Seni Sejak Kecil

Seni budaya sangat bermakna ketika ditanamkan sejak kecil. Orang yang belajar seni pasti ada sesuatu yang nggondeli (menarik ke belakang --->  mengontrol rasa). Mempelajari seni sejak kecil itu penting, karena walaupun dia tidak menjadi pelaku seni, sikapnya dalam hidup pasti lain.
(Didik Nini Thowok)

Jumat, 19 Desember 2014

Mencari Kebahagiaan Tidak Ada Rumusnya

Mencari kebahagiaan itu tidak ada rumusnya, bahagia atau tidaknya orang akan sangat bergantung pada perjalanan prosesnya sendiri-sendiri. (Sabrang MDP)