Kemarau memang tampaknya masih berkasih-kasihan dengan
penghujan. Penghujan pun belum berniat meninggalkannya. Manusia tidak menyadari
itu. Mereka menyebutnya pancaroba. Daun-daun belum menjadi kecoklat-coklatan
lalu gugur. Pohon-pohon belum gundul. Burung-burung kecil kadang-kadang masih harus
mencari tempat berteduh di bawah daunan yang rimbun. Cuaca yang terik bisa
mendadak gelap dan muncul angin bertiup entah ke mana atau dari mana,
berputar-putar seperti berniat menggugurkan daunan yang ngeri membayangkan
bakal menjadi timbunan sampah. Itulah percintaan kemarau dan penghujan. Manusia
tidak memahaminya, dan menyebutnya pancaroba, sumber berbagi penyakit terutama
bagi anak-anak.
(Sapardi Djoko Damono dalam Pengarang Telah Mati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar