Cerpen Luhur Satya Pambudi (Radar Surabaya, 9 Oktober 2016)
Selena sejenak menerawang kembali ke masa bocahnya. Sang empunya wajah ayu tersenyum-senyum sendiri membayangkan apa yang terjadi dahulu. Usianya masih sembilan tahun waktu pertama kali melihat lelaki itu. Sepertinya belum ada perasaan apa-apa karena dia masih bocah nan lugu. Setahun berikutnya, Selena menyadari perubahan yang terjadi. Anehnya, dia mulai terkesan pada pemuda yang lebih tua belasan tahun ketimbang dirinya dan pernah menjadi teman sepermainan pamannya saat bocah. Selena diam-diam mengagumi lelaki yang dikenalnya sebagai Satrio atau Mas Rio. Biasanya dia bertemu dengan Satrio di dekat rumah kakeknya. Di situ, saban tahunnya pernah ada acara yang diadakan dalam rangka Hari Anak Nasional yang selalu melibatkan anak cucu warga setempat. Selena maupun adiknya selalu datang ke rumah kakeknya setiap acara itu diselenggarakan, meski mereka tinggal bersama kedua orangtuanya. Satrio senantiasa aktif sebagai panitia yang mengurus beberapa lomba dan biasanya mengiringi anak-anak bernyanyi dengan kibordnya. Selena sendiri tercatat pernah memenangkan lomba lukis maupun beberapa lomba lainnya. Hal itu menjadi kenangan manis bagi sang gadis.
***
Sekian
tahun berlalu, Selena baru bertemu muka lagi dengan Satrio. Gadis berusia
delapan belas tahun itu kini berparas rupawan, berkulit kuning langsat, dengan
tinggi tubuh yang cukup menjulang. Ke mana saja dia melangkah biasanya mengundang
perhatian orang. Apalagi Selena merupakan gadis yang ramah dan sopan
pula. Perjumpaan Selena dengan Satrio terjadi di rumah kakek Selena yang malam
itu menjadi tempat pertemuan RT. Riang hati Selena melihat Satrio kembali
sesudah bertahun-tahun mereka tak pernah saling memandang. Sebelumnya, mereka
hanya sempat berkomunikasi melalui jejaring sosial. Setahu Selena, Satrio masih
melajang di usianya yang mungkin sudah sekitar tiga puluhan.
Semula Selena sebatas
tersenyum sendiri menyaksikan wajah simpatik Satrio di antara tamu undangan. Namun ketika dia dan lelaki itu saling
bertatapan, mereka pun spontan tersenyum bersamaan. Selena malah sempat
berjalan mendekati tempat Satrio duduk karena dia memang bertugas membantu
neneknya menyajikan hidangan. Senyuman mereka berdua kian lebar ketika posisi
mereka tak lagi jauh jaraknya. Memandangi lelaki itu seakan mengingatkan Selena kembali pada masa silam.
Bagaikan dilihatnya sosok Satrio yang pernah menarik perhatiannya sekian tahun
berselang.
”Selena sekarang sudah lulus SMA, ya? Mau
melanjutkan ke mana rencananya?” tanya Satrio ketika acara telah usai dan para
tamu mulai meninggalkan rumah tersebut.
”Iya,
Mas Rio. Saya inginnya sih kuliah di Arsitektur. Doakan saya ya, Mas.” Selena
menjawabnya dengan wajah berseri-seri. Matanya berbinar-binar dan senyuman
indah menghiasi bibir tipisnya.
”Iya, deh. Semoga berhasil, Selena.”
“Makasih,
Mas Rio.”
Perbincangan singkat itu
ternyata meninggalkan kesan yang membekas di benak Selena. Lambat laun si cantik
menumbuhkan asa, siapa tahu Satrio sudi lebih intensif mendekati dirinya. Mereka
kemudian beberapa kali berkomunikasi, baik lewat jejaring sosial maupun sms.
Selena memang tidak menolak ketika Satrio meminta nomor ponselnya. Ada sejumlah
wujud perhatian spesial yang lantas diterimanya dari lelaki itu. Selena cukup
bersukacita menerimanya. Meski selama ini sudah banyak kawan lelakinya yang
memerhatikan dirinya, tapi apa yang diberikan oleh Satrio terasa tak sama.
Adakalanya Selena dan Satrio bertemu kembali tanpa rencana. Namun mereka saling
tersenyum belaka dari kejauhan, tidak berkata apa-apa.
Selena begitu tersanjung ketika mengetahui Satrio ternyata pernah menulis cerpen yang tokoh utamanya bernama sama dengan dirinya. Cerpen itu bahkan sempat dimuat di sebuah majalah remaja terbitan ibukota, begitu kata Satrio. Dia tersenyum senang saat membaca cerpen yang dibacanya lewat file yang dikirim Satrio via email. Dalam cerpen itu dikisahkan ada gadis bernama Selena yang memiliki seorang pemuja rahasia yang berupaya menarik perhatiannya.
Selena begitu tersanjung ketika mengetahui Satrio ternyata pernah menulis cerpen yang tokoh utamanya bernama sama dengan dirinya. Cerpen itu bahkan sempat dimuat di sebuah majalah remaja terbitan ibukota, begitu kata Satrio. Dia tersenyum senang saat membaca cerpen yang dibacanya lewat file yang dikirim Satrio via email. Dalam cerpen itu dikisahkan ada gadis bernama Selena yang memiliki seorang pemuja rahasia yang berupaya menarik perhatiannya.
Namun lama-lama Selena merasa
tidak ada langkah maju yang nyata dari lelaki itu. Bahkan Satrio belum pernah sekali
pun menyatakan keinginannya untuk mengunjungi rumahnya atau mengajaknya pergi entah
ke mana. Lagi pula mereka malah tinggal berjauhan sekian pekan kemudian. Selena
akhirnya diterima di jurusan Arsitektur -sesuai asanya- pada sebuah universitas
yang lokasinya sedikit berada di luar kotanya. Atas seizin kedua orangtuanya, dia
memilih tinggal di kos-kosan yang dekat dengan kampusnya. Selena jadi berpikir,
apakah sebenarnya dia sedang dijauhkan dari sosok Satrio?
***
Masa
kuliah menjadi lembaran baru dalam hidup Selena. Dia pun mulai membuka diri
terhadap para lelaki yang mencoba mendekatinya. Ayah ibunya telah merestuinya memiliki
kekasih, berbeda dengan saat Selena masih duduk di bangku SMA. Sebenarnya ketika
masa sekolah pun ada sejumlah teman lelaki yang cukup menarik perhatian si
cantik. Namun dia cuma menganggap mereka semua sebagai kawan biasa.
Pantas sajalah jika begitu banyak kumbang yang berhasrat menjadi kekasih dari bunga
nan indah dan wangi selayaknya Selena.
Kehidupan di kampus membuka wawasan baru dalam pemikiran dan perasaan
Selena. Tentu saja, jadi lebih banyak lelaki yang menjadi penggemarnya pula. Sekian
bulan menjadi mahasiswi, Selena akhirnya justru memutuskan menerima pernyataan
cinta kakak kelasnya satu jurusan. Semula dia terkesan dengan kepandaian lelaki
itu dalam membantunya menyelesaikan tugas dari para dosen. Nyaman hati Selena
saban berada di dekat lelaki yang tubuhnya lebih tinggi ketimbang dirinya dan
cakap sekali memainkan gitar itu.
Serta-merta mudah saja dilupakannya figur Mas Rio, lelaki yang pernah peduli
terhadap dirinya, membuat hatinya sempat berbunga-bunga, namun tak kunjung
memberi sikap yang pasti kepadanya. Terakhir dia mendengar kabar, Satrio telah
merilis buku kumpulan cerpen terbarunya yang berjudul Hikayat Pemuja Rahasia,
yang tokoh utamanya bernama Selena. Gadis ayu itu tersenyum simpul belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar