Selasa, 29 Januari 2019
Cerpenku Dimuat di Horison 2019
Syukur dan sukacitaku hari ini menerima sebuah majalah yang memuat karyaku. Untuk kedua kalinya Horison memuat cerpenku, setelah yang pertama tahun 2008, ketika aku masih dalam fase awal belajar menulis cerpen. Horison sempat berhenti terbit dan baru kembali sejak 2018 lalu. Saat ini aku masih terus belajar dengan lebih tekun membaca, termasuk dengan menyimak Horison edisi terbaru. Terima kasih kepada Horison. Honor cerpennya sudah bisa kumanfaatkan untuk membeli buku baru.
Senin, 28 Januari 2019
Minggu, 27 Januari 2019
Rabu, 23 Januari 2019
Cerpenku Sepanjang Januari
"Duhai putri jelita, tak sadarkah bahwa dikau ibarat seorang penjaga?"
"Apa maksud Anda, tuan muda?"
"Indah parasmu dan elok tindak tandukmu sungguh membuatku terpana. Kau menjadi penjaga yang telah menawan hatiku."
Dialog tersebut dikutip dari Pangeran Cinta Di-mifa, cerpenku yang dimuat di majalah Hai yang terbit 12 Januari 2009. Sudah satu dekade berlalu ternyata. Sehabis itu ada sejumlah cerpenku yang dimuat di berbagai media pada bulan pertama pula, yaitu Isteri Keempat Mustajab (2010), Mbah Jon Kangen Mati (2013), Persahabatan Prasojo (2015), Menjelang Kepergian Ibunda (2016), Dilema Sang Putri Raja (2017), dan Lukisan Sungging dan Peti yang Terbang Bersama Layang-layang Raksasa (2017). Setelah setahun silam absen, tahun ini ada lagi yang dimuat.
Minggu, 20 Januari 2019
Kacamata Baru
Salah satu hal yang ingin kulakukan tahun ini adalah memeriksakan kedua mataku. Sudah jelas aku perlu kacamata baca, tapi semula belum tahu kapan mengupayakannya. Ternyata Minggu pekan lalu aku mendapat undangan periksa mata gratis dari sebuah optik melalui pengurus RT. Tentu saja tak kusia-siakan kesempatan itu. Maka sejak Kamis kemarin (17/1/19) aku resmi memiliki sebuah kacamata baca. Oh ya, di bawah kacamata baruku adalah tumpukan buku fiksi yang kubaca tahun 2018 hingga pertengahan Januari 2019.
Senin, 14 Januari 2019
Menyaksikan Sengkuni 2019
"Apa Sengkuni? Adalah darah kotor di dalam diri setiap manusia. Kanker ganas di dalam darah setiap kumpulan Masyarakat dan Negara manusia."
Ketika membaca kabar bahwa tiket sudah habis beberapa hari sebelum pementasan, saya pasrah saja tidak bakal bisa menyaksikannya. Saya minta tolong kakak saya menanyakan kepada sahabatnya, apakah masih ada tiket tersisa dan saya siap membelinya. Namun, ternyata sahabat kakak saya justru memberikan dua tiket pertunjukan hari kedua, Minggu (13/1/19), secara cuma-cuma.
Alhamdulillah, jadi kelakon nonton Sengkuni 2019 yang memberi impresi tersendiri awal tahun ini. Selamat kepada Cak Nun, Mas Jujuk, Mas Joko, dan semua yang terlibat dalam pertunjukan teater semalam. Terima kasih.
Jumat, 11 Januari 2019
Setiap Kebaikan Akan Berbalas Kebaikan
Setiap kebaikan akan berbalas kebaikan. Inti khotbah Jumat siang ini.
Terima kasih untuk mas ustadz muda yang menyampaikannya dengan teduh dan bersahabat sehingga pesannya menyentuh hati.
Terima kasih untuk mas ustadz muda yang menyampaikannya dengan teduh dan bersahabat sehingga pesannya menyentuh hati.
Minggu, 06 Januari 2019
Manusia Memang Aneh
Manusia memang aneh. Meski mengaku hamba Tuhan, terus saja berperilaku seperti tuan. Mereka bilang menirukan firman Allah, Tuhan menciptakan kita semata-mata untuk menyembah-Nya, sementara untuk urusan rezeki, Dia-lah yang menjamin. Namun rezeki yang sudah dijamin Tuhan diburu, penyembahan yang dituntut oleh-Nya diabaikan. (cerpen Di Jakarta)
Konvensi, kumpulan cerpen terbaru karya A. Mustofa Bisri (Gus Mus) yang diterbitkan oleh DIVA Press, November 2018, merupakan buku keempat karya beliau yang kumiliki setelah Gelap Berlapis-Lapis, Lukisan Kaligrafi, dan Saleh Ritual Saleh Sosial. Lain waktu masih ingin kusimak karya-karya beliau lainnya dan menjadi pengalaman berkesan berikutnya.
Kamis, 03 Januari 2019
Produktivitas Menurun
Jika dibandingkan dengan tahun 2017, mesti jujur kuakui terjadinya penurunan produktivitas dalam berkarya sepanjang 2018. Tercatat hanya enam cerpenku yang dimuat di berbagai media daring/online dan cetak. Syukurlah, lima di antaranya ada honornya. Mesti disyukuri pula bahwa kini kian banyak media daring yang memberi honor ketika media cetak semakin berkurang jumlahnya.
Menjadi hal yang menggembirakan ketika cerpenku yang dimuat di simalaba.com pada Maret 2018 lantas menjadi bagian dari buku bertajuk Sepasang Camar. Buku itu merupakan antologi kumpulan puisi, cerpen, dan cernak yang pernah dimuat di situs Simalaba. Semua penulis dalam buku yang diterbitkan oleh Perahu Litera tersebut memilikinya secara cuma-cuma dan hanya membayar biaya pengirimannya. Bangga pula rasanya bisa satu buku dengan karya teman-teman penulis dari berbagai daerah di Indonesia.
Mengawali 2019 kuterima kabar dimuatnya cerpenku di sebuah majalah yang sempat berhenti terbit, tapi bangkit lagi sejak tahun lalu. Moga-moga hal itu menjadi pertanda positif bahwa tahun ini merupakan masa yang lebih apik ketimbang sebelumnya. Selamat melangkah di tahun baru.
Menjadi hal yang menggembirakan ketika cerpenku yang dimuat di simalaba.com pada Maret 2018 lantas menjadi bagian dari buku bertajuk Sepasang Camar. Buku itu merupakan antologi kumpulan puisi, cerpen, dan cernak yang pernah dimuat di situs Simalaba. Semua penulis dalam buku yang diterbitkan oleh Perahu Litera tersebut memilikinya secara cuma-cuma dan hanya membayar biaya pengirimannya. Bangga pula rasanya bisa satu buku dengan karya teman-teman penulis dari berbagai daerah di Indonesia.
Mengawali 2019 kuterima kabar dimuatnya cerpenku di sebuah majalah yang sempat berhenti terbit, tapi bangkit lagi sejak tahun lalu. Moga-moga hal itu menjadi pertanda positif bahwa tahun ini merupakan masa yang lebih apik ketimbang sebelumnya. Selamat melangkah di tahun baru.
Langganan:
Postingan (Atom)