Pementasan "Dongeng Prajurit" oleh Gunawan Maryanto dkk di Teater Garasi. |
Yang kedua, Blocknot Forum yang menampilkan peluncuran buku "Gentayangan" karya Intan Paramaditha. Ada acara ngobrol dengan penulisnya yang dipandu oleh Alia Swastika. Leilani Hermiasih dan Yudi Ahmad Tajudin ikut tampil membaca beberapa bagian dari karya terbaru Intan yang sudah mendapat penghargaan dari Majalah Tempo. Duet "Pemuda Setempat" yang terdiri dari Ugoran Prasad dan Yennu Ariendra membawakan beberapa lagu yang terinspirasi dari novel tersebut.
Bincang-Bincang Sastra edisi 148 yang berlangsung Sabtu (27/1) di Ruang Seminar TBY berbeda dari biasanya karena dihadiri oleh banyak orang. Dengan tema "Yogya yang Puitis, Yogya yang Prosais" BBS menampilkan Gunawan Maryanto dan Agus Noor sebagai pembicara, Latief S. Nugraha sebagai moderator. Andika Ananda membaca cerpen Agus Noor dengan kocak dan Dinar Setiyawan mendeklamasikan puisi Gunawan Maryanto dengan syahdu. Agus Noor merasakan banyak hal yang hilang di Jogja masa kini. Salah satu contohnya, jika dulu para mahasisiwa pendatang mengontrak sebuah rumah untuk menjadi ruang berkesenian, maka saat ini mereka mengontraknya untuk dijadikan tempat bisnis, entah kafe atau mungkin yang lain. Cindhil mengingatkan bahwa dari awal berdirinya Jogja memang penuh dengan dinamika dan hal itulah yang membuat inspirasi bagi seniman terus mengalir. Membicarakan Jogja dahulu dan saat ini menyadarkan kita bahwa sudah begitu banyak terjadi perubahan, baik maupun buruk. Ketika banyak hal hilang, maka ada hal-hal baru lainnya yang hadir.
Bincang-Bincang Sastra edisi 148 di TBY yang menarik perhatian banyak orang. |
Oh ya, menghadiri acara mantunya Pak Tedjo Badut pada Minggu (21/1) di Pendopo SMKI (SMKN 2 Kasihan) menjadi sesuatu yang berkesan pula. Tidak seperti resepsi pernikahan umumnya, siang itu para tamu bagaikan menghadiri pesta kesenian rakyat yang begitu semarak dan menghibur tentu saja. Tempat mengisi buku tamu berbentuk ticket box. Seraya antre untuk menyalami kedua mempelai dan orangtuanya, kami bisa menyaksikan pertunjukan sulap, tarian humor, dan lain-lain. Panggung pelaminan dihias bagaikan panggung ketoprak/wayang orang. Lalu kursi untuk para tamu menikmati hidangan adalah bangku-bangku seperti di warung angkringan. Berada di situ, kendati sesaat saja menggembirakan jugalah rasanya.
Foto : Akun Facebook Teater Garasi dan SPS Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar