Rabu, 29 November 2017
Rabu, 22 November 2017
Impresi Tentang Dia
Mas Adji merupakan kakak sepupuku. Ibuku adik kandung ibunda Mas Adji. Tentu kami telah saling
mengenal sejak sama-sama bocah. Usia kami boleh dikata sepantaran ketika sudah
dewasa, lantaran usianya hanya lima tahun di atasku. Cuma dahulu kesannya dia
jauh lebih tua ketimbang diriku. Banyak hal yang terkoneksi dengan baik saban
kami bercakap-cakap. Yang mengesankanku sedari kanak-kanak, Mas Adji adalah
sosok yang menyenangkan dan menjadi salah satu sepupu favoritku sampai sekarang.
Ia piawai bercerita, gemar sekali
bernyanyi, dan cakap bermain gitar. Bahkan Mas Adji pula yang pertama mengajariku
bermain gitar, salah satu hobiku di waktu senggang hingga kini.
Dalam keluarga besar kami, Mas
Adji mungkin satu dari sedikit orang yang menempuh hal berbeda dalam bekerja.
Kebanyakan dari kami memperoleh penghasilan tetap sebagai karyawan swasta atau
pegawai negeri, termasuk diriku salah satunya. Ada pula sebagian kecil yang
membuka usaha sendiri. Sedangkan Mas Adji memilih berkarya melalui dunia seni
yang -sejauh sepengetahuanku- pendapatannya tidak pasti. Padahal sebenarnya ia pernah
pula bekerja sebagai karyawan swasta dengan gaji menjulang, namun ia tinggalkan
begitu rupa tanpa kutahu persis alasannya.
Barangkali boleh dibilang Mas
Adji itu seniman multibakat. Memang namanya lebih dikenal sebagai dramawan. Ia
mendirikan sekaligus memimpin sebuah kelompok teater yang cukup terpandang di
Jakarta. Namun, ia sesungguhnya merupakan pencipta lagu yang andal, cerpenis,
penyair, dan aktor yang lumayan disegani pula oleh mereka yang mengakrabinya. Aku
merupakan penggemar sejati karya-karyanya yang beraneka warna, baik itu pentas
teaternya, lagunya, maupun karya tulisnya. Belakangan kudengar ia kerap berkeliling
dari daerah ke daerah di seluruh penjuru Nusantara untuk berbagi ilmu serta
pengalamannya selama puluhan tahun menjalani proses kreatif.
Satu hal yang khas dari Mas Adji
adalah penampilannya yang begitu sederhana. Ia biasanya cukup mengenakan kemeja
polos berwarna kalem dan celana jeans, dengan alas kaki sandal jepit berharga
murah. Sebuah tas ransel selalu menyertai derap langkahnya ke mana saja. Mas Adji
juga suka sekali berjalan kaki maupun naik angkutan umum. Bahkan pernah suatu
ketika, ia naik pesawat terbang, bus antarkota, sampai becak, lalu berjalan
kaki hanya dalam beberapa jam di hari yang sama. Masih kuingat jelas sewaktu
Mas Adji menceritakan peristiwa hari itu dengan kocaknya.
***
”Hidup itu kalau kita bisa
menjalaninya tanpa beban, pasti bakal terasa lebih ringan dan menyenangkan,
kok,” kata Mas Adji ketika kami berjumpa dalam sebuah acara keluarga.
”Saya percaya, Mas Adji bisa
melakukannya, tapi apa saya juga bisa? Sepertinya saya lebih sering sedih dan
kecewa selama ini, Mas,” sahutku.
“Bukalah hati dan pikiranmu,
percaya diri saja kamu bisa.”
“Saya cobalah, Mas. Eh, kadang
sebenarnya saya iri dengan Mas Adji, lho.”
“Apa sih yang aku punya,
sampai kamu bisa iri begitu?”
“Mas Adji itu sepertinya bisa
selalu santai, apa pun yang terjadi. Saya bahkan belum pernah melihat Mas Adji marah.”
“Hahaha, kebetulan saja kamu
belum pernah melihat aku marah. Coba tanya teman-temanku yang sering melihat betapa galaknya Mas Adji ini,
terutama kalau kami lagi latihan menjelang pementasan. Boleh juga kamu tanya ke
Mas Adri itu.”
“Hehehe, mungkin karena kita
selalu ketemunya di acara keluarga begini ya, Mas. Suasananya memang selalu
santai dan menggembirakan, sih.”
”Apa iya, aku selalu terlihat
santai? Barangkali karena aku tidak suka hidup secara ngoyo, jadi kesannya santai begini. Jangan dikira hidupku tak ada masalahnya lho, Dik.
Mungkin cara menghadapi masalah belaka yang membedakan kita. Yang jelas, aku
yakin tiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Istilahnya, sudah jadi satu paket
dari sananya. Makanya tak usah terlalu mengkhawatirkan segala sesuatu.”
Aku manggut-manggut seraya
merenungkan ucapan Mas Adji. Filosofi hidup sepupuku bersahaja sejatinya, namun
hal itulah yang membuat dirinya mampu senantiasa menikmati perjalanannya di
atas buana. Aku paham, Mas Adji
sesungguhnya pernah gagal dalam berumah tangga dan sempat kesulitan menemui anak
kandungnya yang diasuh mantan istrinya. Kesabarannya selama ini membuat Mas Adji
akhirnya bisa berjumpa lagi dengan buah hatinya, setelah sekitar sepuluh tahun
berpisah. Setiap aku berbincang dengannya, sejumlah hal menarik selalu
disampaikan Mas Adji. Tak pernah aku jemu, apalagi pasti keluar canda tawanya yang
membuat perjumpaan kami lebih meriah. Ia pun senantiasa mendendangkan begitu
banyak lagu diiringi dentingan gitarnya yang bisa membuat kami terbuai hingga bernyanyi
bersama.
***
Pada sebuah malam, baru saja
aku turun dari kereta rel listrik. Aku tengah melangkah menuju tempat parkir untuk
mengambil sepeda motorku, ketika ada sebuah pesan singkat dari Mas Adri -adik
kandung Mas Adji- yang isinya sungguh mengejutkanku.
“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.
Mas Adji telah meninggal dunia sekitar pukul 23.00 WIB di Purwakarta. Malam ini
jenazahnya diusahakan bisa segera dibawa pulang ke Jakarta.”
Tiba-tiba aku tercenung dan bingung
mau bereaksi bagaimana seusai membaca pesan singkat tersebut. Aku tak ingin
percaya begitu saja dengan kabar duka itu. Maka segera kuhubungi nomor telepon Mas Adri.
“Mas Adri, apa benar Mas Adji
meninggal?” tanyaku dengan cemas.
“Iya, benar. Mas Adji kena
serangan jantung saat berada di luar kota. Berita itu memang mengejutkan sekali
buat kita semua. Tolong,
maafkan semua kesalahan Mas Adji ya, Dik,” ujar Mas Adri lirih.
Serta-merta dadaku terasa
begitu sesak dan air mataku mengalir sendiri tanpa mampu kutahan lagi. Kendati
dalam beberapa tahun terakhir, aku cukup jarang berjumpa dengan Mas Adji, namun
berita kepergiannya yang sangat mendadak tetap membuat hati seakan teriris. Tak bakal kualami kembali dialog
sarat makna -yang serius tapi santai- antara diriku dan kakak sepupuku. Sosok Mas Adji yang menyenangkan bakal
senantiasa kurindukan esok hari. Terlampau banyak kesan apik yang
ditinggalkannya, tak hanya bagiku, tapi tentunya juga bagi sesiapa yang pernah
mengenalnya. Apa yang terjadi pada dirinya kuharap dapat menginspirasi diriku
agar selalu bersiap diri andaikata sewaktu-waktu maut hadir menjemput tanpa
permisi.
# dimuat di Harian Rakyat Sultra edisi Rabu, 22 November 2017.
Selasa, 21 November 2017
Kisah Pengakuan Gabus Rambutan (Sebuah Parodi)
Barangkali saat ini aku menjadi salah satu figur publik yang paling terkemuka di negeri ini. Nama panjangku yaitu Gabus Ponimin Selamat Rambutan atau biasa disingkat dengan Gabus Ponsel Rambutan atau cukup Gabus Rambutan. Sepak terjangku selama sekian bulan terakhir sungguh mampu membuat geger Republik Dagelanku tercinta. Tentu saja semua orang sudah mengerti perjalanan liburanku bersama keluarga yang akhirnya terbongkar jua. Nah, di sini akan kusingkapkan hal-hal yang selama ini menjadi spekulasi khalayak ramai, yaitu tentang apa yang sejatinya kulakukan selain menonton para petenis cantik dan seksi itu beraksi.
Memang benar perkiraan kalian bahwa aku menemui tokoh politik kondang bernama Abupintar Merapi, seorang tokoh nasional yang kekayaan maupun kekuasaannya luar biasa sekali. Terus terang, aku belum ada apa-apanya ketimbang tokoh tersebut. Setelah kubantu sejumlah perusahaannya supaya membayar pajak tidak sebesar ketentuan yang ada, lalu kudapatkan imbalan yang sangat besar dari hal itu, tapi juga membuatku mesti berurusan dengan masalah hukum, ternyata beliau menawariku untuk berkolaborasi lagi. Pertama, aku ditawari Pak Abupintar untuk masuk ke dalam Tim Sukses untuk Kampanye Pencalonan Presiden yang akan diikutinya empat tahun mendatang. Aku bakal dijadikan sebagai Kepala Unit Penggalangan Dana dan Penjalinan Kemitraan. Jelas sekali beliau sudah memahami bahwa itulah keahlian utamaku, mengumpulkan uang sebanyak mungkin dari beragam sumber dan juga menjadi teman siapa saja asal kita bisa tahu sama tahu.
Tawaran yang lebih menarik sudah menantiku andaikata Pak Abupintar sukses menjadi presiden Republik Dagelan. Paling tidak aku bakal menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Penggalangan Dana dan Penjalinan Kemitraan, sesuatu yang hanya merupakan lanjutan tugasku dalam tim sukses saat kampanye. Dengan hak prerogatifnya, presiden tentu berhak untuk membuat lembaga apa pun, termasuk membentuk staf khusus yang sesuai dengan kecakapanku. Selain itu sebenarnya Pak Abupintar juga telah memikirkan posisi alternatif bagiku. Aku harus mengakui idenya memang gila, tapi jika beliau sudah jadi presiden, apa yang tak mungkin diwujudkan? Rencananya beliau akan mengangkatku menjadi Ketua KPK versi baru yang kepanjangannya adalah Kelompok Pelestari Korupsi untuk menggantikan KPK versi lama alias Komisi Pemberantas Korupsi yang akan dibubarkan. Jika hal itu mendapatkan resistensi, sama sekali tak masalah. Toh, aparat penegak hukum mulai dari polisi, pengacara, jaksa, maupun hakim sudah banyak yang menjadi kawan karibku selama ini. Sekiranya Presiden Abupintar Merapi memerintahkan para pemrotes diatasi, ya tinggal dituntaskan saja oleh seluruh aparat penegak hukum itu. Apa sih susahnya?
Rasa-rasanya tak perlu lagi aku berpikir panjang untuk menerima peluang emas yang sudah tersedia. Yang jelas, beliau tidak mempermasalahkan jika sebagai anggota tim kampanyenya, aku mesti bekerja dari balik jeruji besi. Eh, siapa tahu Pak Abupintar benar-benar jadi presiden, aku pasti akan langsung dibebaskan, namaku direhabilitasi, dan sebuah jabatan bergengsi di pemerintahan sudah menungguku.
Baiklah, setelah kubongkar apa yang menjadi rencana brilian seorang tokoh politik yang berambisi menjadi presiden masa depan, aku hanya akan bicara santai saja. Mungkin kalian bisa menduga bahwa aku adalah penggemar tokoh Superman. Ya, betul sekali, aku memang benar-benar penyuka tokoh superhero hasil kreasi Joe Shuster dan Jerry Siegel itu. Oleh karena itu aku terinspirasi oleh Superman yang biasa menyamar sebagai Clark Kent, yang khas sekali dengan kaca matanya dan rambutnya yang agak tebal disisir rapi. Tapi berbeda dengan Superman yang penyamarannya sebagai Clark Kent nyaris tidak pernah ketahuan (mungkin karena warga Metropolis sebenarnya sangat bodoh), ternyata ada orang yang mengenaliku ketika dalam masa penyamaran. Oh ya, tak lupa aku berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah memiripkan fotoku (saat menyamar) dengan Afgan, penyanyi muda tampan idola remaja, sementara sebelumnya wajahku kerap dibilang mirip Tukul Arwana, presenter komedi terkenal itu. Hehehe...
Yogyakarta, 21 November 2010 (pernah dimuat di Kompasiana)
Senin, 20 November 2017
Sabtu, 18 November 2017
Seniman dan Ruang Kebahagiaan
Seniman memiliki ruangnya sendiri untuk mendapatkan kebahagiaan.
Karya, kepuasan batin, rasa lega yang muncul dari ekspresi seni.
(Chrisye)
Karya, kepuasan batin, rasa lega yang muncul dari ekspresi seni.
(Chrisye)
Jumat, 17 November 2017
Siang Terang, Malam Hujan
Kendati akhirnya hujan kembali turun deras kala petang hingga malam, tapi sempat ada suasana berbeda pada Jumat (17/11) hari ini. Setelah dalam sekian hari terakhir nyaris saban siang hujan membasahi tanah Yogyakarta, maka dalam beberapa jam tadi matahari sempat terang bersinar ditemani langit biru beserta mega yang berarak tenang. Burung-burung kecil tampak lagi berkicau riang, kupu-kupu dengan beragam warna terlihat terbang kian kemari dengan sukacita jua.
Suasana di masjid Tamtama ketika Jumatan pun terasa menyejukkan. Khatib pengganti menyampaikan nasihat yang baik dengan pembawaan yang tenang.
"Bersedekah tidak harus dengan harta, tapi bisa juga dengan ilmu maupun doa."
"Kita mesti berbuat baik kepada umat manusia pada umumnya. Menjalin hubungan baik dengan banyak orang akan mewujudkan sinergi yang positif."
"Khotbah Jumatan cukup yang ringkas saja, tapi yang penting bermanfaat." Begitulah sekelumit hal yang disampaikan oleh beliau.
Malam hujan turun, sedangkan ada acara di luar rumah yang mesti didatangi. Maka kunikmati saja basahnya dengan tetap mensyukuri karunia-Nya. Hujan ternyata sama sekali tidak mengurangi intensitas kendaraan yang memenuhi jalan-jalan di kota. Apalagi ketika pintu perlintasan kereta api di bawah jembatan Lempuyangan ditutup selama beberapa menit demi memberi kesempatan kepada tiga rangkaian kereta api untuk melaju.
Suasana di masjid Tamtama ketika Jumatan pun terasa menyejukkan. Khatib pengganti menyampaikan nasihat yang baik dengan pembawaan yang tenang.
"Bersedekah tidak harus dengan harta, tapi bisa juga dengan ilmu maupun doa."
"Kita mesti berbuat baik kepada umat manusia pada umumnya. Menjalin hubungan baik dengan banyak orang akan mewujudkan sinergi yang positif."
"Khotbah Jumatan cukup yang ringkas saja, tapi yang penting bermanfaat." Begitulah sekelumit hal yang disampaikan oleh beliau.
Malam hujan turun, sedangkan ada acara di luar rumah yang mesti didatangi. Maka kunikmati saja basahnya dengan tetap mensyukuri karunia-Nya. Hujan ternyata sama sekali tidak mengurangi intensitas kendaraan yang memenuhi jalan-jalan di kota. Apalagi ketika pintu perlintasan kereta api di bawah jembatan Lempuyangan ditutup selama beberapa menit demi memberi kesempatan kepada tiga rangkaian kereta api untuk melaju.
Rabu, 15 November 2017
Kevin Lilliana Miss International 2017
Kevin Lilliana dari Indonesia terpilih sebagai pemenang Miss International 2017, salah satu kontes kecantikan tingkat internasional yang edisi tahun ini berlangsung di Tokyo Dome City Hall, Jepang pada Selasa (14/11/2017). Yang menarik, sebelum dinyatakan sebagai pemenang, Kevin -bersama tujuh finalis lainnya- diberi kesempatan untuk berpidato dan gadis asal Bandung itu berbicara tentang Bhinneka Tunggal Ika.
Berikut pidato lengkap Kevin Lilliana saat malam final Miss International 2017 :
"Bhinneka Tunggal Ika adalah filosofi dari negara saya. Berbeda-beda tapi tetap satu jua. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keragaman budaya, bahasa, dan kepercayaan. Itulah sebabnya saya sangat percaya dengan bersatu dalam keberagaman. Dunia ini sendiri adalah tempat yang indah, karena adanya keberagaman bukan keseragaman. Jika saya menjadi Miss International, saya akan sebarkan nilai positif ini, yaitu untuk menerima dan menghargai perbedaan yang ada, karena saya tahu setiap negara memiliki budaya, karakter, dan identitas masing-masing. Oleh karena itu, ayo kita buat solusi terbaik dengan mempelajari, memahami, dan menghargai satu sama lain."
Berikut pidato lengkap Kevin Lilliana saat malam final Miss International 2017 :
"Bhinneka Tunggal Ika adalah filosofi dari negara saya. Berbeda-beda tapi tetap satu jua. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keragaman budaya, bahasa, dan kepercayaan. Itulah sebabnya saya sangat percaya dengan bersatu dalam keberagaman. Dunia ini sendiri adalah tempat yang indah, karena adanya keberagaman bukan keseragaman. Jika saya menjadi Miss International, saya akan sebarkan nilai positif ini, yaitu untuk menerima dan menghargai perbedaan yang ada, karena saya tahu setiap negara memiliki budaya, karakter, dan identitas masing-masing. Oleh karena itu, ayo kita buat solusi terbaik dengan mempelajari, memahami, dan menghargai satu sama lain."
Senin, 13 November 2017
Hujan Senin Siang
Tempo hari pernah tersurat "alunan gemericik hujan memecah sunyinya malam" yang menjadi bagian dari lirik lagu nan syahdu, tapi hari ini yang ada "alunan gemerojok hujan menambah semarak siang" belaka barangkali.
(kala hujan senin siang hingga jelang petang)
(kala hujan senin siang hingga jelang petang)
Sabtu, 11 November 2017
Inspirasi
Inspirasi akan memilih inangnya. Seperti jodoh, ketika bertemu dan pas, terjadilah perkawinan dan muncullah entitas baru.
(DEE/Dewi Lestari)
Minggu, 05 November 2017
Keadilan adalah Kemakmuran Sejati
Keadilan adalah kemakmuran yang sejati. Kemakmuran yang berdiri sendiri akan selalu melanggar keadilan dan sibuk mengembangkan ilmu dan metode untuk mengamuflase ketidakadilan supaya tampak sebagai keadilan. (Emha Ainun Nadjib)
Sabtu, 04 November 2017
Menuliskan Tanda Zaman
Menuliskan tanda-tanda zaman adalah menuliskan kegelisahan kebudayaan di tengah tengah pelbagai himpitan yang mau meniadakannya. Hanya manusia yang mau resah dan tidak mau mapan mampu menuliskannya.
(Sindhunata dalam buku "Manusia & Pengharapan : Segelas Beras untuk Berdua")
(Sindhunata dalam buku "Manusia & Pengharapan : Segelas Beras untuk Berdua")
Langganan:
Postingan (Atom)