Belum pernah Nesya berada dalam situasi
maupun kondisi sebagaimana akhir-akhir ini. Sebuah dilema tengah dihadapi sang
gadis demi menentukan masa depannya. Dua lelaki yang mencintainya mesti dia
pilih salah satu sebagai pendamping hidupnya. Nesya sungguh tak ingin hari-harinya
mendatang sarat kisah tak bahagia, lantaran sesal kemudian adalah kesia-siaan
belaka. Ia mesti mempertimbangkan segala yang diketahuinya tentang mereka
dengan logika, tapi tentu dengan menyimak pula kata sanubarinya.
Lelaki pertama yang bernama
Bryan berasal dari sebuah keluarga kaya yang dikenal murah hati, meski
adakalanya agak tinggi hati. Orangtua Nesya sudah lama berteman baik dengan
ayah ibu Bryan yang kini telah tiada keduanya. Namun, gadis itu tak terlalu mengakrabi
Bryan, kendati mereka saling mengenal sejak bocah. Secara kasat mata, anak
orang kaya itu mungkin lelaki idaman banyak perempuan. Bryan berwajah tampan,
mewarisi harta kekayaan yang lebih dari cukup jumlahnya, sehingga apa saja yang
diminta istrinya kelak, pastilah dia mampu membelikannya. Sayangnya, ada sikap
Bryan yang tak disukai Nesya. Lelaki itu mudah tersinggung dan menjadi sosok
yang menakutkan jika marah. Rhea, sahabatnya, yang memberitahunya karena
sepupunya pernah menjadi kekasih Bryan. Maka Nesya sangat berhati-hati saban
berbincang dengan si lelaki tampan. Dia tidak pernah merasa nyaman berada di
dekat Bryan, biarpun lelaki itu selalu membawakan buah tangan dan mendapat
sambutan hangat orangtuanya.
Lelaki
kedua bernama Jaka. Tidak terlalu ganteng, tapi berbicara dengan lelaki kurus
itu senantiasa menyenangkan hati Nesya. Dia humoris dan memiliki hal-hal yang
menarik untuk diceritakan. Setahu Nesya, Jaka merupakan pekerja keras hingga
bisa hidup mandiri tanpa tergantung pada orangtuanya lagi secara ekonomi. Ayah
Jaka telah tutup usia, sementara ibunya hidup bersahaja dengan uang pensiun
peninggalan suaminya. Ketika usahanya mulai berkembang, Jaka mampu membantu
memenuhi keperluan sehari-hari ibu maupun adik-adiknya. Ibunya bahkan diberi
modal membuka warung kelontong kecil di rumahnya yang bisa memperbaiki
perekonomian keluarga.
***
“Bapak
dan Ibu, saya bebas memilih Kak Bryan atau Kak Jaka untuk mendampingi hidup
saya, bukan?” tanya Nesya meminta nasihat orangtuanya.
“Iya,
Nak. Terserah kau yang mengambil keputusan terbaik demi masa depanmu. Yang
jelas, Bapak lebih mengenal Nak Bryan. Tapi sepertinya Nak Jaka pun lelaki yang
bertanggung jawab. Yang perlu kau ingat, setiap pilihan memiliki konsekuensinya
masing-masing,” sahut Bapak.
“Siapa
pun yang kau pilih, mudah-mudahan dia yang terbaik bagimu dan hidup kalian
bakal bahagia. Sudah pasti Ibu selalu memberikan doa restu padamu, Nesya
sayang.”
Nesya
lega mendapat dukungan positif dari orangtuanya. Ia memutuskan memilih Jaka
sebagai calon suaminya. Namun, gadis itu rada khawatir ketika harus menolak Bryan.
Nesya pun meminta saran Jaka.
“Kau
minta saja Bryan datang kemari dan katakan padanya dengan terus terang. Tapi
kau tak perlu seorang diri menghadapinya. Mintalah Bapak dan Ibu menemanimu.
Jika kau tak keberatan, aku juga akan hadir mendampingimu,” ucap Jaka.
“Terima
kasih, Kak. Semoga hal itu bisa menjadi solusi yang baik.”
Peristiwa
selanjutnya berjalan sesuai dengan skenario yang dirancang Jaka. Di depan dara
dambaannya yang duduk di antara orangtua dan calon suaminya, Bryan berusaha
menerima sebuah kenyataan pahit dengan berbasa-basi.
“Jika
demikian adanya, saya ucapkan selamat untuk Saudara Jaka yang sudah dipilih Dik
Nesya menjadi pendamping hidupnya. Moga-moga kalian hidup bahagia hingga lanjut
usia.”
“Terima
kasih untuk kebesaran hati dan doanya. Mudah-mudahan Kak Bryan mendapatkan
jodoh yang lebih baik ketimbang saya,” kata Nesya hati-hati karena melihat raut
wajah Bryan yang tampak memucat, meski lelaki itu berusaha tetap tersenyum.
***
Kendati
di hadapan Nesya tampaknya Bryan telah rela melepas perempuan yang dicintainya,
ternyata kemasygulan masih tersisa dalam hatinya. Ia tak mau begitu saja
membiarkan Jaka dengan mudahnya menikahi Nesya. Dimintanya saran dari Saprino,
sahabat lawasnya yang menjadi tangan kanannya dalam menjalankan usahanya.
“Serahkan
saja semua padaku. Bos tinggal duduk manis menanti hasilnya,” ujar Saprino
percaya diri.
“Apa
rencanamu sebenarnya? Tapi tolong ya, aku tak mau ada kekerasan yang berpotensi
jadi urusan polisi nanti,” sahut Bryan yang mencoba tetap rasional.
“Tenang
saja, kita tidak akan main kasar. Aku pasti jaga nama baikmu, Bos.”
Maka
mulai dijalankanlah rencana Saprino. Tentu Bryan berharap rencana pernikahan Nesya
dan Jaka bisa digagalkan. Ia siap melakukan upaya pendekatan lagi terhadap sang
gadis, sekiranya apa yang dilakukan Saprino berhasil.
***
Nesya
suatu hari menerima beberapa pesan di ponselnya dari nomor-nomor yang tidak
dikenalnya. Berlanjut pada hari sesudahnya, dia pun menerima tiga surat yang
tidak tertulis nama pengirimnya. Namun, isinya rata-rata hampir sama. Seluruh
pesan dan surat tersebut mengabarkan hal-hal buruk mengenai Jaka, lelaki yang
akan menikahinya. Ada yang isinya memberitahu bahwa Jaka pernah menghamili
pacarnya dan memaksanya melakukan aborsi. Ada pula yang meminta Nesya
membatalkan pernikahannya karena Jaka hanyalah lelaki pendusta. Bahkan ada foto
yang memperlihatkan Jaka sedang berciuman dengan seorang perempuan dan masih
ada beberapa informasi lainnya yang membuat Nesya terperangah. Semua orang yang
dekat dengan sang gadis menyarankannya agar tidak memedulikan berita yang sumbernya
tak jelas tersebut. Nesya lama-lama sedikit terpengaruh. Dia ingin Jaka bisa
memberikan klarifikasi terhadap isi pesan dan surat yang diperolehnya.
“Sayang,
apakah kau kenal satu atau beberapa orang yang memberitahumu macam-macam
tentang diriku itu?” tanya Jaka dengan sabar.
“Tak
ada satu pun yang kutahu, Kak,” jawab Nesya pelan.
“Apakah
wajar kau percayai kata-kata orang yang bahkan kau tak tahu mereka itu siapa?”
“Iya,
Kak. Pastinya lebih baik kupercayai orang yang kukenal dengan baik, seperti
calon suamiku ini. Apa gunanya ya, kupercayai seluruh kabar tak jelas itu?”
Ucapan Nesya membuat Jaka tersenyum lega.
Upaya
Saprino -demi ambisi Bryan- untuk mengusik rencana pernikahan Nesya dan Jaka
ternyata tidak efektif. Dua sejoli itu terus melanjutkan rencananya
mempersiapkan momentum berharga dalam hidup mereka. Bryan akhirnya berbesar
hati menerima fakta bahwa Nesya memang bukanlah miliknya dan bahkan siap
menghadiri pernikahan perempuan yang pernah didambanya. Ia terkesan dengan
kehangatan sikap Jaka yang secara khusus mendatangi rumahnya untuk mengantarkan
undangan pernikahannya. Kemantapan hati Nesya memilih Jaka pun mengakhiri
dilema yang sempat menderanya. Ia telah bersedia seia sekata melakoni sisa
hidupnya di muka bumi bersama lelaki kurus itu.
# Cerpen ini dimuat di Radar Surabaya, 30 April 2017.