Kamis, 30 April 2015

Buku yang Kubaca Selama Januari-April 2015

Kesempatan untuk menambah wawasan pengetahuan hal ihwal tulis-menulis kudapatkan dengan membaca buku "Jadi Penulis? Siapa Takut!" karya Alif Danya Munsyi alias Remy Sylado. Tak hanya memberikan arahan mudah menulis cerita dan puisi, namun diungkapkan pula soal menulis berita, kritik, esai, dan drama. Sebuah buku yang layak dibaca oleh mereka yang berhasrat menambah ilmu literasi. Meski cara penyampaiannya relatif mudah dipahami, namun sang penulis banyak menggunakan kata-kata yang jarang digunakan, seperti : mubtadi, kasad, dan driya. Mungkin maksudnya agar pembaca buku itu mau membuka kamus atau mencari arti kata-kata tersebut via internet.


Sejumlah buku fiksi yang menambah koleksiku, yaitu : Cerita Buat Para Kekasih (Agus Noor), Catatan Orang Gila (Han Gagas), Mata Sayu Itu Bercerita (Guntur Alam), Hujan Pertama untuk Aysila (Edi AH Iyubenu), Dear Life (Alice Munro -diterjemahkan Tia Setiadi & Rini Nurul Badariah), dan 1984 (George Orwell -diterjemahkan Landung Simatupang).

Dua komik karya komikus Indonesia yang kubeli adalah Komik Corat-Coret : Made In Indonesia (Wahyu Aditya dkk) dan Garudayana Edisi Spesial (Is Yuniarto & Friends).



Setia Berikrar, Berkata Benar

Sampai hari ini ia masih berakar
masih setia berikrar, hidup akan tetap bersinar
ketika mulut dan hati serempak berkata benar

(Iman Budhi Santosa dalam puisi 'Kisah Sebatang Pohon Akasia di Pusat Bencana')

Selasa, 28 April 2015

Bersikap Kreatif Tak Sempat Meratap

Kalau seseorang bersikap kreatif untuk menemukan apa saja yang baik yang bisa dikerjakan dalam hidup ini, jam-jamnya tidak akan sempat ia gunakan untuk sedih atau meratap, sebab sudah habis untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik. (Cak Nun)

Selasa, 21 April 2015

Kartini tentang Pendidikan

Pendidikan ialah mendidik budi dan jiwa, kewajiban seorang pendidik belumlah selesai jika ia hanya baru mencerdaskan pikiran saja; bahwa tahu adat dan bahasa serta cerdas pikiran belumlah lagi jaminan orang hidup sesuai adat dan mempunyai budi pekerti.
Kecerdasan otak saja tidak berarti segala-galanya. Harus ada kecerdasan lain yang lebih tinggi, yang erat hubungan dengan yang lain untuk mengantarkan ke arah yang ditujunya. Di samping otak, juga hati harus dibimbing, kalau tidak demikian peradaban hanya tinggal permukaan.
Jika mendidik anak, haruslah juga diusahakan mendidik watak, yakni yang terutama haruslah diusahakan ialah memperkukuh rasa kemauan anak yang dididik itu. Rasa kemauan itu wajiblah dibesar-besarkan oleh pendidikan, terus dan terus.
(RA Kartini - dikutip dari esai Sunardian Wirodono di fb)

Senin, 20 April 2015

Mengenang Bapakku

Seorang mantan komandan yang di masa pensiunnya setia mengantar jemput sang istri bekerja dan anak-anaknya yang masih bocah bersekolah. Kami pun bisa pergi ke mana saja dengan beliau selalu siap berada di belakang kemudi. Itulah bapakku. Lelaki yang tak banyak bicara dan tak pernah terlihat menumpahkan amarah. Namun demikian, Bapak mampu memperlihatkan kepada kami bagaimana menjalani hari-hari secara bersahaja dan tidak neka-neka. Buktinya kami bisa hidup rukun, damai, serta bahagia, meskipun problema silih berganti selalu ada. 
Beliau padam nyawa pada 14 April 1992. Jadi baru genap berlalu 23 tahun sejak kepergiannya untuk selamanya. Semoga Bapak baik-baik belaka di alam sana, bersama Ibu dan semua orang yang kusayangi yang tidak bertempat tinggal lagi di muka bumi. Amin...

Sejauh-jauh Manusia Berjalan


Rabu, 15 April 2015

Belajar Musik Membentuk Karakter

Sebaiknya orangtua memahami bahwa dengan belajar musik atau vokal tidak berarti anak harus menjadi musisi atau penyanyi. Yang lebih penting adalah efek dari belajar musik, selain bermanfaat untuk kehalusan budi dan pembentukan karakter, musik  juga bermanfaat untuk kecerdasan anak. 
Yang ingin kita lihat adalah efeknya, bagaimana anak bisa menyerap rangsangan yang diberikan melalui musik. Jadi orangtua jangan terlalu menekan, juga jangan terlalu cepat ingin anaknya tampil atau jadi artis.
(Otti Jamalus - musisi Indonesia)

Selasa, 14 April 2015

Pengarang yang Baik Mengendapkan Realitas

Pengarang yang baik harus mampu mengendapkan dan merenungkan realitas di sekitar hidupnya. Hanya dengan cara begitu, karya-karya yang baik dan menukik akan lahir. Karya-karya yang kini banyak bertaburan di media, akibat kemudahan teknologi, hanyalah serpih-serpih yang segera akan dilupakan. Mungkin ada karya yang serius, tetapi itu (menunggu) seleksi alam. 
(Budi Darma)

Selasa, 07 April 2015

Pengalaman Baru

Merasakan pengalaman baru di awal April 2015. Jatuh dari sepeda motor di tengah jalan, sempat sedikit hilang kesadaran, ditolong orang-orang baik yang tak kukenal, dan akhirnya masih bisa pulang sendiri sampai di rumah dengan selamat, meski dengan membawa sejumlah luka. Alhamdulillah. Juga terima kasihku bagi mereka yang telah menolongku, baik yang tak kukenal maupun saudara-saudaraku yang tentu saja kukenal dengan baik.