Senin, 25 Februari 2019

Puisi Terakhir Om Argono Setyadi


Kematian merupakan sebuah misteri dari Ilahi, kehadirannya sungguh tak bisa diduga manusia.

Puisi terakhir Om Argono Setyadi Hadiwidjojo diunggah di Facebook pada Selasa (19/2/19). Dua hari kemudian beliau terkena stroke dan mengembuskan napas pamungkasnya pada Minggu (24/2) kemarin. Jasad beliau telah dimakamkan pada Senin (25/2) di TPU Jeruk Purut, Jakarta.

Selamat jalan, Om Argo...


Rabu, 20 Februari 2019

Pengaruh Sampai Dapur


"Berbagai macam penduduk akan pengaruh-mempengaruhi sampai-sampai pada dapurnya. Tuan sendiri mungkin sudah menyukai kecap, tahu, taoco, bakmi, bakso, hungkwee tanpa Tuan rasakan sebagai pengaruh penduduk bangsa lain. Bukan hanya Pribumi di sini, juga bangsa Eropa di sana. Orang menggunakan sendok dan garpu, orang makan spaghetti dan macaroni, juga pengaruh dapur Tionghoa. Semua yang menyenangkan umat manusia, semua yang mengurangi penderitaannya, semua yang mengurangi kepayahannya, di jaman sekarang ini akan ditiru di seluruh dunia."

(Pramoedya Ananta Toer dalam Anak Semua Bangsa)

Selasa, 19 Februari 2019

Mari Berpikir


Puisi sederhana yang ibarat nasihat orang tua ini ada di dalam buku Teman Duduk, kumpulan cerpen karya Daoed Joesoef, diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, 2016. 

Minggu, 17 Februari 2019

Latihan Vokal AFC di Gedung Sositet TBY


Sejak Februari 2019 lobi gedung lawas itu kembali menjadi wahana bagi anak-anak bermain sambil belajar, bernyanyi dengan gembira saban hari Minggu pagi menjelang siang. Foto oleh Mama Sabrina (10/2/19).

Sabtu, 09 Februari 2019

Pertarungan Dua Serigala

Terjadi pertarungan antara dua serigala di dalam diri kita semua. 
Serigala pertama adalah kejahatan, yang berupa kemarahan, kedengkian, keserakahan, kebencian, kebohongan, inferioritas, dan ego.
Serigala lainnya adalah kebaikan, yang berupa kegembiraan, perdamaian, cinta, harapan, kerendahan hati, kebaikan, empati, dan kebenaran.
Siapa yang menang?
Yang kau beri makan.

(Pepatah Cherokee)

Jumat, 08 Februari 2019

Tepat Sebelas Tahun Silam


"Kemudian dalam terpejam aku merasa bersama kelam, selama waktu yang tak pernah kutahu. Ketika kubuka mataku, aku merasa tubuhku tengah melayang-layang."  


Tepat sebelas tahun silam, cerpen Lelikuan Pernikahan Kedua dimuat di Horison edisi Februari 2008. Sungguh kejutan menggembirakan bagiku waktu itu karena menjadi cerpen keduaku yang dimuat di media massa. Pertama kali kupegang majalah yang memuat karyaku itu di Gramedia Sudirman. Setelah aku membelinya, ternyata aku mendapat nomor bukti dari redaksi majalah tersebut. Bangga pula rasanya foto penulis cerpen pemula ini pernah bersanding dengan foto seorang sastrawan besar Indonesia. 

Rabu, 06 Februari 2019

Tuntas Membaca Bumi Manusia


"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah." Bertepatan dengan hari lahir sang penulis yang ke-94, kutuntaskan membaca Bumi Manusia dan langsung dilanjutkan mulai menyimak Anak Semua Bangsa. Setelah sekian tahun silam sudah pernah dipinjami Jalan Pos, Jalan Daendels dan Gadis Pantai, maka kali ini mendapat pinjaman dari pihak yang berbeda. 

Selamat hari lahir, Bung Pram. Abadilah jejak karyamu.

Minggu, 03 Februari 2019