Kamis, 29 Juni 2017
Selasa, 27 Juni 2017
Selamat Lebaran dan Liburan
Selamat merayakan Lebaran dan liburan.
Semoga bahagia sejahtera bagi kita semua.
Minal aidin walfaizin, mohon maaf lahir batin.
Terima kasih dan sayang.
Semoga bahagia sejahtera bagi kita semua.
Minal aidin walfaizin, mohon maaf lahir batin.
Terima kasih dan sayang.
Jumat, 23 Juni 2017
Senin, 19 Juni 2017
Menikmati AriReda yang Mendadak Konser di Jogja
Sebuah acara yang relatif mendadak diselenggarakan ternyata tetap bisa menjadi sesuatu yang menarik untuk disimak. Demikianlah yang terjadi ketika AriReda (Ari Malibu dan Reda Gaudiamo) tampil dalam sebuah konser di Kedai Kebun Forum (KKF) Yogyakarta pada Minggu malam, 18 Juni 2017. Mereka sendiri mengistilahkan pertunjukan tersebut sebagai mendadak konser karena sebenarnya mereka berdua sedang berada di Jogja untuk proses rekaman album terbaru AriReda. Dari hasil perbincangan santai mereka tercetus kalimat, "Kayaknya asyik nih, kalau kita konser," dan terwujudlah pentas musik yang dipersiapkan hanya sekitar dua hari itu. Begitu mengetahui bahwa AriReda akan tampil, saya langsung berniat untuk menyaksikannya. Pada Mei 2016 mereka sempat konser di tempat yang sama, tapi tiketnya telah habis ketika saya bermaksud membelinya. Maka kesempatan kali ini tak boleh disia-siakan, apalagi konser di bulan Juni 2017 digelar secara gratis.
Konser berlangsung dalam dua sesi. Sesi pertama menampilkan materi album terbaru AriReda yang bertajuk Suara dari Jauh, yang merupakan musikalisasi puisi karya Goenawan Mohamad. Seluruh lagu dalam album (hampir semua gubahan M. Umar Muslim) dibawakan dengan syahdu, antara lain Lagu Hujan, Surat Cinta, Z, Sajak Anak-anak Mati, dan Quatrain About A Pot (satu-satunya lagu berbahasa Inggris). Sesi kedua menampilkan musikalisasi puisi karya Sapardi Djoko Damono yang sebagian besar sudah dikenal oleh para penonton. Bahkan AriReda membawakan lagu-lagu tersebut berdasarkan permintaan para penggemarnya. Maka mengalunlah Nokturno, Hujan Bulan Juni, Di Restoran, Gadis Kecil, Ketika Jari-Jari Bunga Terbuka, Kuhentikan Hujan, Pada Suatu Hari Nanti, Lanskap, dan Aku Ingin sebagai penutup konser. Lagu berjudul Lanskap sepertinya baru pertama kali saya dengar dan ternyata merupakan puisi karya Pak Sapardi pula.
Sejak nomor pembuka, denting gitar Ari dan suara bening Reda langsung membuai kalbu. Seluruh komposisi dimainkan dengan penjiwaan yang dalam dan hasilnya begitu indah. Hati pun rasanya tersentuh. Setiap lagu berakhir, duo artis berusia 50-an tersebut selalu menyunggingkan senyuman lebar yang menebarkan aura kehangatan dan kedamaian. Kata pengantar di antara lagu sesekali membuat penonton tertawa. AriReda tetap tampil maksimal kendati persiapan konser singkat dan mereka pun sedang batuk. Bahkan keduanya sempat ngemil kencur di sela-sela pertunjukan.
Bagi saya pribadi, lagu Aku Ingin menjadi nomor yang paling emosional karena pencipta melodi lagu tersebut, Ags. Arya Dipayana, adalah paman saya yang sudah tutup usia pada 2011 lalu. Begitu lagu itu dilantunkan, saya sempat membayangkan bagaimana keadaan Om Adji ketika menyusun komposisi lagu dengan melodi dan akor yang tidak biasa itu hingga menjadi karya yang istimewa dan bahkan abadi. Menjadi kegembiraan dan kebanggaan tersendiri saat seusai konser saya membeli CD Suara dari Jauh, lantas meminta tanda tangan dari sang artis seraya memperkenalkan diri, "Saya keponakan Mas Adji." Mas Ari dan Mbak Reda pun menjabat tangan saya dengan erat. Saya sengaja tidak meminta foto bersama mereka karena saya tidak memiliki akun Instagram dan ponsel saya terlalu sederhana untuk bisa membuat foto yang berkualitas. Yang jelas, saya pulang dengan suasana hati nyaman dan mensyukuri salah satu berkah di malam Ramadan tersebut.
Rabu, 14 Juni 2017
Menulis Bukan Hal Mudah
Kami percaya menulis bukanlah hal mudah dan sudah merupakan suatu prestasi tersendiri saat naskah ini berhasil Mas selesaikan. Tetap semangat menulis dan kami tunggu naskah selanjutnya. (dikutip dari sebuah surat penolakan)
Minggu, 11 Juni 2017
Sedih dan Senang Silih Berganti
Tuhanku
tatkala tiba sesuatu yang membuatku merasa
senang, segera aku mulai bersedih, dan tatkala
tiba sesuatu yang membuatku merasa sedih,
segera aku mulai dihinggapi rasa senang
sedih dan senang
silih berganti datang
timbul tenggelam
saling bergiliran mengadang
seperti riak-riak ombak berbaris
menyisir lautan
sampai akhirnya menyatu
jadi samudra itu sendiri
jiwa sejati, bagian-Mu yang hakiki.
(Emha Ainun Nadjib)
tatkala tiba sesuatu yang membuatku merasa
senang, segera aku mulai bersedih, dan tatkala
tiba sesuatu yang membuatku merasa sedih,
segera aku mulai dihinggapi rasa senang
sedih dan senang
silih berganti datang
timbul tenggelam
saling bergiliran mengadang
seperti riak-riak ombak berbaris
menyisir lautan
sampai akhirnya menyatu
jadi samudra itu sendiri
jiwa sejati, bagian-Mu yang hakiki.
(Emha Ainun Nadjib)
Minggu, 04 Juni 2017
Semua Ibadah Adalah Wujud Cinta
Semua ibadah yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas oleh seorang pemeluk agama yang teguh merupakan manifestasi dari cinta. Demikian pula dengan ibadah puasa. Sebagai ibadah, puasa pada Ramadhan merupakan bentuk pengurbanan jiwa. Sememangnya cinta menuntut pengurbanan. Pengurbanan yang dimaksud ialah pengurbanan jiwa dan hati, yang hanya diperuntukkan kepada-Nya.
(Jalaluddin Rumi)
Langganan:
Postingan (Atom)