Selasa, 17 Januari 2017

Menengok Sekilas Ke Belakang

Telah 17 hari berlalu di tahun baru 2017. Tentu saja masih banyak hari dan peristiwa akan berlangsung sepanjang tahun ini. Maka saya akan menengok sekilas ke belakang tentang hal-hal yang layak dicatat selama 2016, terutama yang berkenaan dengan proses kreatif saya dalam berkesenian. 

Momentum penting yang merupakan langkah maju dan sesuatu yang menggembirakan saya adalah dirilisnya buku kumpulan cerpen perdana saya, yang berjudul Perempuan yang Wajahnya Mirip Aku (PYWMA). Buku tersebut diterbitkan oleh Pustaka Puitika, sebuah penerbit buku indie di Yogyakarta. Awal Mei 2016 menjadi sejarah penting bagi saya karena untuk pertama kalinya saya menyentuh dan membuka sebuah buku yang berisi buah pikiran saya. Perlu waktu sekitar satu tahun, sejak saya mengirim draf naskah kumpulan cerpen hingga akhirnya tercetak menjadi sebuah buku. Terima kasih untuk Bung Anam Khoirul Anam yang sudah mewujudkan cita-cita saya memiliki buku sendiri. 


PYWMA terdiri dari 10 cerpen yang pernah dimuat di sejumlah media massa, baik yang masih eksis maupun yang sudah tidak terbit lagi, yaitu : Minggu Pagi, Koran Merapi Pembaruan, Inilah Koran, Radar Surabaya, Bangka Pos, Banjarmasin Post, Jurnal Nasional, dan Majalah Story. Buku tersebut hanya dicetak sekitar 100 buah dengan distribusi terbatas. Hingga akhir 2016, sekitar 60% buku telah beredar. Sebagian besar dijual lewat tangan penulisnya sendiri. Terima kasih bagi semua orang yang sudah sudi membeli, menerima, dan membaca PYWMA. Saya berharap buku kedua saya bisa diterbitkan tahun ini dan bisa dijual di toko buku, sehingga ada lebih banyak lagi pembaca buku saya. 

Penulisan cerpen anyar bukan hal yang mudah lagi bagi saya. Selama 12 bulan hanya enam buah cerpen berhasil dituntaskan. Syukurlah, masih ada 10 cerpen yang dimuat di sejumlah media cetak dan sebuah media daring, dua di antaranya adalah cerpen baru. Suara Merdeka, Suara Karya, Bali Post, dan Nusantaranews untuk pertama kalinya memuat karya saya pada 2016. Sementara itu, Radar Surabaya, Kedaulatan Rakyat, dan Tribun Jabar kembali memuat cerpen saya setelah sekian tahun berselang. Pengiriman karya tetap dilanjutkan tahun ini dan mudah-mudahan masih ada lagi karya saya yang dimuat di berbagai tempat.

Ada banyak buku bagus yang terbit dan saya beli tahun kemarin. Saya bersyukur dan merasa beruntung bisa membaca Al Asma Al Husna (M. Quraish Shihab), Saleh Sosial Saleh Ritual (A. Mustofa Bisri), Semesta Maulana Rumi (Abdul Hadi WM), Bukan Cinta Biasa (Tasirun Sulaiman), dan Aku Bersilat Aku Ada (Bre Redana). Demikian pula sejumlah buku fiksi, seperti : Orang-Orang Bloomington (Budi Darma), Dilarang Mencintai Bunga-Bunga (Kuntowijoyo), Dunia Sukab (Seno Gumira Ajidarma), Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu? (Hamsad Rangkuti), Pacar Seorang Seniman (WS Rendra), Suti (Sapardi Djoko Damono), BH (Emha Ainun Nadjib), Sesat Pikir Para Binatang (Triyanto Triwikromo), Tuhan Tidak Makan Ikan (Gunawan Tri Atmodjo), Agama Apa yang Pantas bagi Pohon-Pohon? (Eko Triono), Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (Joko Pinurbo), dan Asal Muasal Pelukan (Candra Malik).

Tidak ada komentar: