Senin, 12 Maret 2018

Perempuan Istimewa

Tujuh puluh empat tahun yang lalu, seorang bayi perempuan dilahirkan di tempat pengungsian. Bayi itu tumbuh menjadi perempuan yang ayu parasnya, baik hatinya, serta manis tutur kata dan perbuatannya. Ibunya pernah mengatakan bahwa sejak lahir sampai kembali kepadaNya perempuan ini tidak pernah menyusahkan keluarga dan selalu baik pada siapapun.
Setelah menyelesaikan kuliahnya di kota yang terkenal dengan lumpianya, perempuan ini bekerja di sebuah kantor pemerintah di kota kelahirannya. Tak lama kemudian dia bertemu dengan seorang tentara yang mengikat hatinya sejak pertama mereka bertemu. Mereka pun menyatukan hati dalam ikatan suci. Mereka hidup bahagia bersama anak-anak mereka, enam putri dan satu putra terkecil. Ketika sang suami usai menunaikan tugas negara, mereka melanjutkan perjalanan hidup mereka ke sebuah kota tempat berkumpulnya berbagai pelajar dan mahasiswa dari seluruh Nusantara.
Sang suami merasa beruntung mendapatkan perempuan ini sebagai ibu dari anak-anak mereka. Perempuan ini memiliki karir cukup cemerlang di kantor pemerintah, pagi sampai siang bekerja, kadang malam harus berangkat lagi jika ada rapat atau kegiatan bersama para pimpinan pemerintah maupun para wakil rakyat. Meskipun demikian, perempuan ini tetap menjalankan kewajibannya sebagai istri dan ibu yang baik di sela kesibukannya. Anak-anak tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang dan perhatian dari ibu mereka. Perempuan bertubuh mungil ini menjadi idola bagi anak-anaknya. Ketika suatu saat ibu mereka cuti beberapa hari dan anak-anak senang karena ibu mereka ada di rumah, mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya ibu mereka sedang sakit dan seharusnya dirawat di rumah sakit. Perempuan ini sengaja menyembunyikan penyakitnya dari anak-anaknya dan memohon pada dokter untuk beristirahat di rumah selama beberapa hari untuk memulihkan kondisinya. Meluangkan waktu bersama anak-anak akan menyembuhkan penyakitnya, begitu alasan perempuan ini.
Dua puluh enam tahun yang lalu perempuan ini kehilangan belahan jiwanya. Sang suami meninggalkannya untuk selamanya dan dia harus melanjutkan perjalanan hidupnya bersama ketujuh anaknya serta beberapa menantu dan cucu yang melengkapi kehidupan mereka. Dengan berbekal usaha keras dan doa tiada henti, perempuan ini bisa melewati masa-masa berat sepeninggal sang suami. Kasih sayang dan perhatiannya yang terus mengalir tidak hanya pada anak menantu dan cucu, tapi juga pada ibu kakak adik dan para keponakan, dan juga pada semua orang membuatnya dimudahkan dalam menjalani kehidupannya. Senyuman tulus dan tatapan lembut selalu terpancar di wajahnya, membuat siapapun merasa tenang berada di dekatnya.
Sebelas tahun yang lalu, di hari pertama tahun baru, beberapa jam setelah berpamitan pada ibunya, perempuan ini menyusul sang suami menghadap kembali pada Sang Pencipta. Banyak sekali yang merasa kehilangan perempuan ini. Keluarga, kerabat, tetangga, rekan kerja, kenalan, semua menangisi kepergiannya. Perempuan yang mulia hatinya ini telah pergi untuk selamanya. Innalillahi wa innailaihi roji'un.
Perempuan ini adalah ibu kami, istri dari bapak kami, eyang putri dari anak-anak kami ...
Sampai hari ini, kasih sayang dan ketulusannya masih tersimpan di hati kami. Setiap bertemu orang-orang yang mengenalnya, selalu saja terucap keramahan dan kelembutan hatinya. Semoga semua kebaikannya bisa menjadi teladan bagi kami ... Semoga amal ibadahnya selama di dunia bisa membantunya meraih kebahagiaan yang abadi di surgaNya ... Aamiin ...

# Mengenang hari kelahiran perempuan istimewa yang sangat kami sayangi

(Hapsari Satya Lestari)

Tidak ada komentar: