Awal Agustus 2017 terjadi sesuatu yang mengesankan kembali ke masa silam. Selama sembilan hari berturut-turut tidak ada koneksi internet di rumahku. Semula diperkirakan ada masalah administrasi, tapi ternyata bukan. Mencoba menghubungi telepon aduan Telkom, cuma tak kunjung nyambung. Untuk sementara aku terputus dari komunikasi di dunia maya, baik lewat ponsel maupun laptop. Baru pada hari keenam kudapatkan koneksi internet gratis di TBY, jadi setidaknya bisa kubaca pesan-pesan via WhatsApp, tapi tiada yang sempat kutanggapi. Lantas, pada hari ketujuh akhirnya kuulangi sebuah kebiasaan pada zaman dahulu, yaitu berselancar di warnet. Selama lebih dari tiga jam aku mendekam di bilik ditemani segelas kopi. Kunikmati belaka hal itu pada Senin malam kemarin.
Pada hari ke-10 di bulan kedelapan ini akhirnya koneksi internet di rumahku kembali normal. Telkom bisa dihubungi dan memberikan solusi yang tepat. Tulisan pendek ini pun bisa kuketik dengan laptop yang selama setahun terakhir menjadi teman setiaku.
Namun, ada bagusnya juga aku sempat puasa internetan. Aku bisa sejenak melepaskan diri dari ketergantungan atas gawai. Aku pun terhindar dari mengikuti nafsu negatif dan justru bisa mendayagunakan diri melakukan hal-hal baik. Novel 1984 (George Orwell) yang sempat mandek kubaca dan Hanoman (Pitoyo Amrih) yang kubaca dari awal lagi-juga sempat mandek di tengah jalan-malah akhirnya mampu kutuntaskan hingga halaman terakhir.
Secara selintas memang pernah kubayangkan, jika ada satu hari saja koneksi internet terputus di seluruh dunia. Pada hari itu untuk sementara berhentilah tersebar yang namanya ujaran kebencian, hoaks, maupun hal sia-sia lainnya, yang biasa mengusik keseharian hidup kita, setidaknya selama sekitar 3-4 tahun terakhir kalau di Indonesia. Asaku, hal itu bisa menjadi semacam shock therapy bagi para pengguna internet negatif. Barangkali para pengguna internet positif tak akan keberatan merelakan satu hari tanpa berselancar di dunia maya dan bisa rehat sejenak seraya menikmati kenyataan. Namun, apa yang terjadi justru aku yang sempat sembilan hari mengalaminya, meski selama ini aku berusaha menjadi pengguna internet positif. Ya sudah, kusyukuri sajalah apa yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar