Jumat, 30 Agustus 2013

Cita-cita Datar

Ancaman terbesar bagi keberhasilan hidup kita bukan berasal dari menggantungkan cita-cita setinggi langit hingga tak mampu mencapainya secara penuh, melainkan berasal dari pematokan cita-cita terlalu datar hingga mudah meraihnya. (Michaelangelo)

Selasa, 27 Agustus 2013

Proses Menulis Sunyi

Proses menulis adalah proses yang sunyi. Menulis adalah kerja kesendirian dan seharusnya tidak diributkan oleh orang lain. (Ernest Hemingway)

Kamis, 22 Agustus 2013

Agama Kemah Pengembara

Semua manusia sama tidak tahu dan sama rindu.
Agama adalah kemah para pengembara.
Menggema beragam doa dan puja.
Arti yang sama dalam bahasa berbeda-beda.


(W.S Rendra dalam puisi ‘Gumamku, ya Allah’)

Konsistensi Sikap dan Perilaku

Nilai penting dari perjalanan hidup Pandawa bahwa keutamaan hidup ialah konsistensi pada sikap dan perilaku luhur, meski begitu beratnya tantangan dan godaan. Jadi bukan sekadar hidup adalah perjuangan (life is struggle), melainkan hidup adalah ’laku prihatin’ karena tujuan akhir hidup ialah kenikmatan hakiki di alam kelanggengan.
(Ono Sarwono dalam esai Pandawa Mudik)

Sabtu, 03 Agustus 2013

Pesan Seni Lembut

Inilah uniknya, karena dengan seni, sekeras apa pun pesan yang disampaikan akan terasa lembut, nyaman, dan menghibur. 
(Sarwono dalam esai Senandung Zaman Edan)

Jumat, 02 Agustus 2013

Perumpamaan Sebutir Kurma

Sebutir kurma di piring wali itu hanya sebuah siloka, sebuah perlambang, sebuah perumpamaan. Sebutir kurma itu adalah ilmu pengetahuan bagi kaum cendekia, kekuasaan bagi kaum pejabat, harta bagi orang kaya. Ilmu pengetahuan tak akan habis dengan dimanfaatkan, kekuasaan tak akan habis dengan dijalankan, harta tak akan habis dengan disedekahkan. 
(dikutip dari cerpen 'Sebutir Kurma di Piring Wali' karya Yus R Ismail)

Kamis, 01 Agustus 2013

Mutlaknya Perubahan


Film, komik, legenda, bahkan teks-teks sakral bisa diulang, bisa diberi versi baru, atau sekadar dibaca lagi. Tapi tiap kali ia berubah. Manusia, dalam ruang dan waktu, tak bisa kembali persis ke situasi yang telah lewat, juga dalam tafsirnya.

Maka cerita dan sejarah jadi hidup dan hidup jadi sejarah. Dan saat, tempat, dan orang-orang pun berubah. Dan yang beradab dan yang biadab (dan entah apa lagi) berganti-ganti.

(Goenawan Mohamad dalam Catatan Pinggir : Kemosabi)