Rabu, 12 Desember 2012

Menyaksikan ’Rayya’ dan ’Mata Tertutup’ di JAFF 2012



Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF) untuk ketujuh kalinya berlangsung di Yogyakarta pada 1-5 Desember 2012. Saya hanya sempat menyaksikan dua film karya sineas Indonesia, yaitu ’Rayya’ di Empire XXI pada Selasa (4/12) dan ’Mata Tertutup’ di gedung sositet TBY pada Rabu (5/12). Sudah lama saya ingin menonton kedua film tersebut, namun pemutarannya secara komersial di bioskop tempo hari sangat singkat, sehingga saya belum sempat melihatnya. Oh ya, tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada panitia JAFF yang membuat saya bisa nonton film berkualitas secara gratis di bioskop.

”Rayya”
Cerita film ’Rayya’ ditulis oleh Emha Ainun Nadjib dan Viva Westi (sekaligus sebagai sutradara). Film tersebut mengisahkan Rayya (Titi Sjuman), seorang artis cantik yang sangat sukses dan terkenal. Suatu ketika pihak manajemennya berencana membuat buku biografi untuk Rayya. Untuk itu Rayya menjalani sesi pemotretan di berbagai tempat dengan seorang fotografer yang diperankan oleh Alex Abbad. Rayya ternyata tidak cocok dengannya, sehingga datanglah Arya (Tio Pakusadewo) yang merupakan fotografer senior untuk menggantinya. Selanjutnya film tersebut menceritakan perjalanan Rayya dan Arya yang kisah cintanya sama-sama bermasalah, dengan dialog-dialog menarik soal kehidupan, yang dihiasi indahnya panorama berbagai tempat di Jawa dan berakhir di Bali. Perjalanan Rayya dan Arya merupakan perjalanan jasmani maupun rohani yang membuat mereka berdua menjadi insan yang lebih baik dalam menyikapi kehidupan di akhir perjalanan.
Penampilan singkat Christine Hakim yang berperan sebagai seorang ibu yang kurang pendengaran (namun aktif mendidik anak-anak autis di sebuah desa) menjadi sesuatu yang menyegarkan bagi penonton. Demikian pula adegan ’mantenan’ di desa yang lain, yang didukung oleh para seniman Jogja seperti Landung Simatupang dan Untung Basuki. Sebuah film nasional yang cukup menarik.



”Mata Tertutup”
Film 'Mata Tertutup' produksi Maarif Institute dan SET Workshop merupakan film terbaik dalam ajang Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2012 pada Minggu (2/12) di Sentul Bogor. Keberhasilan meraih trofi bergengsi ini membuat 'Mata Tertutup' memborong lima penghargaan terunggul dari 10 kategori yang diperebutkan, yaitu : film terbaik, sutradara terbaik (Garin Nugroho), pemeran wanita utama terbaik (Jajang C.Noer), pengarah sinematografi terbaik (Anggi Frisca), dan pemeran pria pendukung terbaik (Kukuh Riyadi). 

Salah satu pertimbangan dewan juri adalah kemampuan 'Mata Tertutup' mengangkat khazanah budaya Nusantara, yang dipadukan dengan pesan karakter kebangsaan, seperti toleransi dan penghargaan terhadap kemajemukan. Apresiasi luar biasa dari AFI terhadap karya Garin merupakan dukungan moral terhadap program Toleransi dan Anti Kekerasan (TolAk) melalui produksi film dan pendidikan karakter di sekolah-sekolah.

Film 'Mata Tertutup' dibuat berdasarkan hasil penelitian Maarif Institute dan SET terhadap gerakan radikal yang menyalahgunakan agama Islam di Indonesia. Kisah tiga tokoh utama dalam film tersebut diangkat dari kisah nyata. Berdasarkan pengalaman para pemain yang bercerita sehabis pemutaran film, ternyata mereka hanya diberi skrip pendek yang berisi garis besar cerita. Selanjutnya para pemain dituntut sang sutradara untuk mengembangkan karakternya masing-masing, mencari referensi sendiri, sehingga mereka mesti bekerja dengan cerdas. Selain Jajang C. Noer, para pemain ’Mata Tertutup’ adalah para aktor dan aktris muda Yogyakarta yang belum punya nama. Namun mereka rata-rata mampu bermain natural, sehingga setiap adegan dalam film tersebut seperti adegan sesungguhnya. Sebuah film nasional yang memang layak disimak. 


Tidak ada komentar: