Masyarakat yang berjarak
terhadap sastranya terjadi karena sastra dihadirkan sekolah kita sebagai
sesuatu yang harus dihafalkan. Padahal sastra pertama-tama adalah pelajaran
mengekspresikan diri secara lisan dan tertulis. Bukan membaca buku sastra.
Jadi kalau hari ini orang
tidak membaca buku sastra, itu bukan karena di sekolah mereka tidak disuruh
membaca buku sastra. Namun mereka tidak dididik untuk mengekspresikan dirinya
dalam lisan maupun tertulis. Sastra sebagai kegiatan organik tidak ada dalam
pendidikan kita.
Jadi masing-masing sastrawan berusaha dengan cara
masing-masing untuk menemukan pembacanya.
Ada yang beruntung dan tidak
beruntung. Mereka yang beruntung adalah mereka yang bisa menggunakan daya
komunikasi, baik dalam karya ataupun di luar karya mereka. (Nirwan Dewanto)