"Aku tidak mau
jadi orang terkenal,” ucap lelaki itu kala bercengkrama berdua dengan gadis bermata cemerlang pujaannya.
“Lho, kenapa tidak mau? Bukankah
terkenal itu menyenangkan? Dikagumi banyak orang dan mungkin juga punya banyak
uang?” tanya sang gadis.
“Mendapat perhatian banyak orang itu tidak selamanya menyenangkan.”
“Iya juga, sih. Perhatian orang lain terkadang mengusik hidup kita.”
“Nah, itulah alasanku. Apalagi pada
era media sosial belakangan ini, terdapat fenomena yang menurutku dahulu tidak
ada. Seingatku, pada masa lalu ketika ada orang terkenal, maka dia hanya
memiliki penggemar. Orang yang tidak suka, ya bersikap biasa dan tak peduli
saja. Para penggemar lantas sering membentuk komunitas sebagai wujud kesukaan
mereka kepada sang idola. Tapi, lihat saja kini. Para pembenci pun merasa
penting untuk memiliki eksistensi.”
“Yah, risiko menjadi orang terkenal
sekarang memang harus siap memiliki pencinta dan sekaligus pembenci, Bung.”
“Itulah yang membuatku enggan, maka
lebih baik aku menjadi orang biasa. Barangkali hanya sedikit pula temanku, tapi
aku tak perlu merasa punya musuh.”
(dikutip dari cerpen Figur Tak Dikenal karya LSP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar