Sebenarnya tidak pernah ada target pribadi, misalnya dalam setahun mesti membaca berapa buku. Namun, ketika saya mencoba menghitungnya ternyata sepanjang tahun 2019 lalu ada lebih dari 80 buku yang saya baca. Padahal pada tahun sebelumnya mungkin maksimal 40 buku saja bisa dituntaskan. Barangkali keberadaan kacamata baca membuat saya bisa lebih tekun membaca buku.
Di antara sekian banyak buku itu tentu ada buku yang saya pinjam, pemberian orang, atau merupakan bonus dari pembelian buku lainnya. Tempat membeli buku yang paling kerap saya datangi adalah toko buku Togamas Kotabaru dan Gramedia Sudirman Yogyakarta. Kedai JBS, Kafe Basabasi, dan Bentara Budaya Yogyakarta merupakan tempat lainnya. Selain itu ada acara-acara literasi di Jogja, seperti Bincang-Bincang Sastra, Patjar Merah, Mocosik, dan Kampung Buku Jogja yang menambah koleksi buku di rumah saya.
Yang terpajang di foto merupakan perwakilan buku-buku yang saya baca, antara lain terdiri dari buku puisi, prosa, esai kebudayaan, agama, dan sepak bola. Ada Asam Garam Ramayana-Mahabharata (Iman Budhi Santosa), Aku Radio Bagi Mamaku (Abinaya Ghina Jamela), Jungkir Balik Jagat Jawa (Triyanto Triwikromo), Tuhan yang Tersembunyi (Hairus Salim), Digitalisme (Prof. Dr. Ema Utami), Nusantara Tidak Akan Bubar (Gus Muwafiq), Mengapa Sebelas Lawan Sebelas? (Luciano Wernicke), dan Playing On (Alessandro Del Piero).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar