Minggu, 31 Mei 2015
Berharap Jadi Pahlawan
Ia mesti terus menunjukkan jati dirinya sebagai penguasa yang tak kenal jalan tengah dan musyawarah. Ia tak peduli
tindakannya membuat elemen bangsa terpecah belah. Ia memilih menutup mata ketika
para punggawa tak mendapat penghasilan karena dilarang melaksanakan tugasnya. Imra
merasa yakin telah melakukan tindakan mulia yang membuatnya bakal disebut
sebagai pahlawan di masa depan. (dikutip dari cerpen yang rampung kutulis pada 30 April 2015)
Pesan Tersirat
Pesan tersirat Menpora Imra kepada para pemuda dan insan olah raga seluruh Indonesia : berbuatlah semaumu saat berkuasa, tak usah pedulikan saudaramu jadi menderita, dan halalkanlah segala cara untuk meraih kemenangan.
Sabtu, 30 Mei 2015
Mantra Usang Tanpa Makna
Pancasila dasar negara, rakyat adil makmur sentosa. Tapi mereka yang berkuasa cuma menganggapnya sebagai mantra usang tanpa makna. Yang paling penting, kita tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah sajalah.
Rabu, 27 Mei 2015
Gempa Sembilan Tahun Silam
Peristiwa gempa sembilan tahun silam menjadi sesuatu yang justru menguatkan hatiku menghadapi kenyataan hidup yang begitu kerap tak terduga sehabis hari itu. Lebaran tahun 2006 menjadi saat terakhir bagiku menjalani hari istimewa bersama Ibu dan Eyang Putri, sebelum mereka pergi selamanya sekian bulan kemudian. Akhirnya tetap mensyukuri segala hal yang pernah mewarnai perjalananku di muka bumi.
# renungan diri mengenang 27 Mei 2006
# renungan diri mengenang 27 Mei 2006
Detik Hidup
Detik-detik berlalu dalam hidup ini
Perlahan tapi pasti menuju mati
Kerap datang rasa takut menyusup di hati
Takut hidup ini terisi oleh sia-sia
Pada hening dan sepi aku bertanya
Dengan apa kuisi detikku ini
Tuhan, kemana kami setelah ini?
Adakah Engkau dengar doaku ini?
(Iwan Abdulrachman)
Perlahan tapi pasti menuju mati
Kerap datang rasa takut menyusup di hati
Takut hidup ini terisi oleh sia-sia
Pada hening dan sepi aku bertanya
Dengan apa kuisi detikku ini
Tuhan, kemana kami setelah ini?
Adakah Engkau dengar doaku ini?
(Iwan Abdulrachman)
Jumat, 22 Mei 2015
Logika Iman
Iman kita harus tercerahkan melalui logika dan tatanan akal yang sehat. Kita perlu memiliki keterbukaan pikiran untuk menghargai kebenaran yang mungkin tidak pernah kita bayangkan. Semua agama dan jenis keimanan tidak perlu dipertentangkan. Perang suci lintas iman merupakan noda sejarah bagi segala keimanan, ia bukan sebuah prestasi melainkan ketidakbertanggungjawaban atas logika iman yang kita miliki. Di atas segalanya, "Tuhan" bukan sesuatu yang mudah untuk dipahami.
(Rohmatul Izad dalam esai Logika Iman - Buletin Mocopat Syafaat Edisi 82)
(Rohmatul Izad dalam esai Logika Iman - Buletin Mocopat Syafaat Edisi 82)
Senin, 18 Mei 2015
Sastra Bersahaja
Sastra mungkin bersahaja, tapi tetap sesuatu. Sastra itu misteri, bukan karena "kekaburan"-nya, melainkan justru karena sastra bukan sekadar kata. Sastra itu sesuatu gerak kehidupan, pertama di batin, lantas mungkin keluar. Kemungkinannya bisa tak terduga. (Emha Ainun Nadjib)
Minggu, 17 Mei 2015
Libur Membebaskan Jiwa
Libur mengajak kita untuk membebaskan jiwa, mengosongkan cangkir kehidupan. Dengan cangkir kosong di tangan, kita akan kembali menjadi rendah hati. Dan rendah hati adalah awal pembelajaran. (Maman Suherman)
Selasa, 12 Mei 2015
Orang yang Dalam dan Dangkal Ilmunya
Wateké kedhung anteng ngleneng, wateké kali cethék
kemrasak.
Artinya : Orang yang dalam ilmunya bersifat pendiam, namun orang
yang dangkal ilmunya suka berkoar-koar tidak jelas maksudnya. (peribahasa Banyumasan)
Langganan:
Postingan (Atom)