Jumat, 04 Februari 2011

Ngayogjazz 2011 : Menikmati Jazz dengan Cara Unik di Jogja


# sebuah catatan kesan pada bulan Januari 2011

Jogja memang istimewa. Bukan lantaran saya warga Jogja lalu mengatakan hal itu. Glenn Fredly pun menyatakannya di atas panggung saat menjadi penampil terakhir dalam acara ’Ngayogjazz 2011’ yang berlangsung hari Sabtu, 15 Januari 2011 di pelataran tempat tinggal Djoko Pekik, pelukis legendaris Jogja, di sebelah barat Pabrik Gula Madukismo Bantul.

Ketika saya sampai di lokasi pertunjukan jam 9 malam bersama banyak orang yang juga baru datang, terdapat dua panggung yang sama-sama sedang bersuara. Di panggung satu ada Chaseiro, sebuah grup vokal jaman dulu yang dipimpin oleh Chandra Darusman, salah satu pentolan musik jazz Indonesia yang pernah berjaya dengan grup band Karimata. Sementara di panggung yang lain tampil penyanyi ayu dari Solo, Iga Mawarni yang tampaknya lebih menarik bagi penonton muda, termasuk saya tentunya. Sehabis Iga Mawarni, giliran Danny Bass Project dari Jogja yang naik panggung. Saya melihatnya sebentar, lalu pindah ke panggung satu untuk menyaksikan Syaharani & The Queenfireworks (ESQI:EF) dengan lagu-lagu yang terdapat dalam album Anytime. Ada Trias (kibor) dan Didit Saad (gitar), wajah-wajah yang tak asing yang menjadi personel band itu. Lalu di panggung lain mulai terdengar alunan musik dari Tohpati Bertiga yang terdiri dari Tohpati (gitar), Indro Hardjodikoro (bass), dan Bowie (drum) membawakan sejumlah nomor instrumentalia dengan teknik tinggi. Decak kagum serta tepuk tangan yang riuh dari penonton menyertai setiap lagu.

Sebenarnya total ada tiga panggung dengan nama-nama alat musik tradisional Jawa : Siter, Slompret, dan Tambur. Namun ketika malam tiba hanya panggung Siter dan Slompret yang tetap mementaskan para musisi jazz. Pertunjukan sudah digelar sejak siang hari, namun banyak yang baru datang saat sudah malam karena hujan sebelumnya berkali-kali turun.

Glenn Fredly menjadi artis pamungkas pergelaran malam Minggu itu. Kendati sekian kali hujan kembali turun, namun penonton tetap antusias menikmati penampilan ekspresif Glenn dan band pengiringnya, yang antara lain diperkuat oleh musisi senior Harry Anggoman (kibor) dan Rayendra Sunito (drum). Glenn membuka aksinya dengan ’Kala Cinta Menggoda’ milik mendiang Chrisye. Selanjutnya ada banyak lagu yang sebagian besar pernah menjadi hits dinyanyikan Glenn, seperti : Cukup Sudah, Akhir Cerita Cinta, Kisah Romantis, dan Kugadaikan Cintaku yang pernah populer dibawakan oleh Gombloh, juga dua lagu dari album terakhirnya : Pelangi dan Timur.

Acara ’Nyayogjazz’ pernah beberapa kali diadakan dengan Djaduk Ferianto sebagai kreatornya. Yang diadakan pada 15 Januari 2011 kemarin sesungguhnya merupakan rencana pentas tahun 2010 yang ditunda akibat erupsi Merapi tempo hari. Untuk saya pribadi, tahun 2011 adalah pengalaman pertama saya turut memberikan apresiasi terhadap ’Ngayogjazz’. Konsepnya yang tidak berubah dari tahun ke tahun adalah pertunjukan musik jazz yang merakyat, artinya lokasinya di desa, panggungnya terbuka, dan penontonnya tidak dipungut biaya sama sekali (kecuali parkir motor/mobil). Oleh karena itu layaklah saya menyebut ’Ngayogjazz 2011’ adalah menikmati jazz dengan cara unik, yang mungkin hanya di Jogja adanya acara musik semacam itu. Silakan dibayangkan saja, kita bisa menikmati sekaligus aksi para musisi berkualitas, seperti : Chaseiro, Gugun Blues Shelters, Tohpati, Simakdialog, Syaharani, Iga Mawarni, Glenn Fredly, dan komunitas jazz dari beberapa kota dalam satu hari saja dengan gratis. Padahal yang namanya pertunjukan musik jazz di mana-mana –khususnya di negara kita- pastilah diadakan di tempat-tempat eksklusif dengan harga tiket relatif mahal kan? Itulah, salah satu bukti bahwa Jogja memang istimewa!




Tidak ada komentar: