Beberapa tahun silam saya sempat membuat sejumlah rangkuman pertunjukan kesenian yang saya ikuti di Yogyakarta. Selain itu ada pula sekadar statistik buku yang saya beli/baca, bahkan sempat saya niatkan saban empat bulan sekali. Tapi sayangnya sudah lama kedua hal itu tidak bisa saya wujudkan. Dalam rangka menutup tahun 2015 ini saya mencoba kembali menyuratkannya.
Pertunjukan Berkesan
"100% Yogyakarta" di TBY. (Foto : tribunnews.com)
|
Sepanjang 2015 begitu banyak acara kesenian berlangsung di Yogyakarta, namun memang tidak banyak yang sempat saya simak. Jika ada yang cukup berkesan, di antaranya adalah : "Tangis" karya Teater Gandrik di Concert Hall TBY (11/2), "Konser Omah Cangkem" karya Pardiman Djojonegoro di Concert Hall TBY (14/3), Wayang Kampung Sebelah oleh Ki Jlitheng Suparman di XT Square (22/8), "100% Yogyakarta" karya 100 warga Yogyakarta bersama Teater Garasi dan Rimini Protokoll (Jerman) di Concert Hall TBY (1/11), dan "Belenggu Prometheus" karya Aischyclos, kerja sama Teater Tetas (Jakarta) & Werner Schulze (Austria) di Studio Kalahan, Ambarketawang (24/11).
Selain itu, saya hanya sempat menyaksikan pertunjukan hari kedua Yogyakarta Gamelan Festival 2015 (16 /8) dan hari pertama Festival Teater Yogyakarta (25/9) di Concert Hall TBY. Ketika saya nonton festival teater, suasana gedung pertunjukan sempat heboh ketika terjadi gempa bumi dengan magnitudo 4,6 SR. Mungkin hampir semua penonton berdiri, namun tidak banyak yang sampai keluar dari gedung. Uniknya, mereka yang sedang di atas panggung tetap dengan prinsip "the show must go on" bagaikan tidak terjadi apa-apa.
"Belenggu Prometheus" Teater Tetas di Studio Kalahan. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi) |
Saya pun sempat dua kali menghadiri acara Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng, yaitu di Plasa Pasar Ngasem (29/6) dan Pendapa Agung Tamansiswa (30/7). Pada acara di Tamansiswa, tampillah band bocah dengan gamelan "Ben Yo Band" yang dua personelnya adalah keponakan saya (Puti dan Emal). Band tersebut dibina oleh dua anggota Kiai Kanjeng dan seorang kakak saya, yang semuanya merupakan alumni Taman Muda Tamansiswa.
Buku yang Dimiliki
The Grand Legend Ramayana 1 karya Is Yuniarto |
Saya hanya sempat membuat catatan tentang buku pada kuartal pertama tahun ini. Jadi kini saya akan melanjutkan membuat daftar buku yang saya beli pada Mei-Desember 2015.
Kategori fiksi : Sarelgaz (Sungging Raga/kumpulan cerpen), Hujan Bulan Juni (Sapardi Djoko Damono/novel), Cerpen Pilihan Kompas 2014, Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng (Jostein Gaarder/novel), Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi (Eka Kurniawan/kumpulan cerpen), Menggali Sumur dengan Ujung Jarum (/kumpulan cerpen dan esai terjemahan Tia Setiadi), Mawar Hitam (Candra Malik/kumpulan cerpen), dan Sundari Keranjingan Puisi (Gunawan Triatmodjo/kumpulan cerpen).
Kategori nonfiksi : Mencintai Sepak Bola Indonesia Meski Kusut (Miftakhul FS), Banyumas - Sejarah, Budaya, Bahasa, dan Watak (Budiono Herusatoto), Belajar Hidup dari Rumi (Haidar Bagir), Notulen Cakeppp 2 (Kang Maman), Makamkan Dirimu di Tanah Tak Dikenal (Mohamad Sobary), Saat-Saat Penuh Inspirasi (Paulo Coelho, dengan ilustrasi Hwang Joong Hwan), Bilang Begini Maksudnya Begitu (Sapardi Djoko Damono/apresiasi puisi), Tiga Belas (Catatan Perjalanan Studio Pertunjukan Sastra), dan Mahabharata Guide Book (Putu Felisia).
Kategori komik Indonesia : Cuma di Indonesia (Pemenang Sayembara Komik Faber Castell), The Grand Legend Ramayana 1 (Is Yuniarto), dan Mahabharata 1-2 (Lan Kelana).
Selanjutnya, dengan tidak terlalu serius saya menyusun senarai 10 buku favorit saya sepanjang 2015.
1. Belajar dari Rumi (Haidar Bagir)
Kategori fiksi : Sarelgaz (Sungging Raga/kumpulan cerpen), Hujan Bulan Juni (Sapardi Djoko Damono/novel), Cerpen Pilihan Kompas 2014, Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng (Jostein Gaarder/novel), Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi (Eka Kurniawan/kumpulan cerpen), Menggali Sumur dengan Ujung Jarum (/kumpulan cerpen dan esai terjemahan Tia Setiadi), Mawar Hitam (Candra Malik/kumpulan cerpen), dan Sundari Keranjingan Puisi (Gunawan Triatmodjo/kumpulan cerpen).
Kategori nonfiksi : Mencintai Sepak Bola Indonesia Meski Kusut (Miftakhul FS), Banyumas - Sejarah, Budaya, Bahasa, dan Watak (Budiono Herusatoto), Belajar Hidup dari Rumi (Haidar Bagir), Notulen Cakeppp 2 (Kang Maman), Makamkan Dirimu di Tanah Tak Dikenal (Mohamad Sobary), Saat-Saat Penuh Inspirasi (Paulo Coelho, dengan ilustrasi Hwang Joong Hwan), Bilang Begini Maksudnya Begitu (Sapardi Djoko Damono/apresiasi puisi), Tiga Belas (Catatan Perjalanan Studio Pertunjukan Sastra), dan Mahabharata Guide Book (Putu Felisia).
Kategori komik Indonesia : Cuma di Indonesia (Pemenang Sayembara Komik Faber Castell), The Grand Legend Ramayana 1 (Is Yuniarto), dan Mahabharata 1-2 (Lan Kelana).
Selanjutnya, dengan tidak terlalu serius saya menyusun senarai 10 buku favorit saya sepanjang 2015.
1. Belajar dari Rumi (Haidar Bagir)
2. Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi (Eka Kurniawan)
3. Mawar Hitam (Candra Malik)
4. Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng (Jostein Gaarder)
5. Sundari Keranjingan Puisi (Gunawan Tri Atmodjo)
6. Makamkan Dirimu di Tanah Tak Dikenal (Mohamad Sobary)
7. Bilang Begini Maksudnya Begitu (Sapardi Djoko Damono)
8. Catatan Orang Gila (Han Gagas)
9. Saat-Saat Penuh Inspirasi (Paulo Coelho)
10. Jadi Penulis? Siapa Takut! (Alif Danya Munsyi)
3. Mawar Hitam (Candra Malik)
4. Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng (Jostein Gaarder)
5. Sundari Keranjingan Puisi (Gunawan Tri Atmodjo)
6. Makamkan Dirimu di Tanah Tak Dikenal (Mohamad Sobary)
7. Bilang Begini Maksudnya Begitu (Sapardi Djoko Damono)
8. Catatan Orang Gila (Han Gagas)
9. Saat-Saat Penuh Inspirasi (Paulo Coelho)
10. Jadi Penulis? Siapa Takut! (Alif Danya Munsyi)