Mereka sudah tak percaya pada kekuatan keindahan. Mereka jauh lebih percaya pada perhitungan logika-entah, apa sebetulnya pemahaman mereka tentang logika. Mereka bahkan tak bisa lagi glenikan, ngobrol kosong, senda gurau, atau canda antarsesama manusia, lantaran jauh dalam diri mereka hanya ada curiga dan syak wasangka. Semua unsur kehidupan didasarkan pada untung rugi secara sempit. Mereka lebih percaya pada skala penjualan. Mereka bukan lagi pengikut para nabi, meskipun dari mulut mereka membusa ayat-ayat Tuhan; mereka menyembah uang yang menurut mereka lebih nyata daripada Tuhan.
(dikutip dari cerpen "Bukit Cahaya" karya Yanusa Nugroho)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar