Telah belasan kali Silmi tekun berlatih di TBY. Gadis cilik itu bersama kawan-kawannya yang suka bernyanyi akan menjadi bagian sebuah pertunjukan kolaborasi antara seni peran, seni tari, seni vokal, seni musik, dan seni rupa. Oleh pengajarnya, Silmi telah ditunjuk menjadi salah satu solis untuk sebuah lagu. Ia menjadi yang termuda dan satu-satunya anak SD yang menjadi solis, sementara yang lain sudah SMP atau SMA. Kian mendekati hari pentas, latihan dilakukan tiga hari berturut-turut serta lebih lama ketimbang sebelumnya. Pasti melelahkan sekali rasanya.
Ketika sampai harinya, Silmi malah jatuh sakit. Suhu tubuhnya tinggi, kepalanya pening, semangatnya pun luruh, tapi ia masih ingin tampil saat malam tiba. Pagi itu Silmi tidak masuk sekolah dan beristirahat di rumah. Siangnya sudah terasa lebih segar, tapi malah muncul bintik-bintik merah di wajahnya, alerginya kumat gara-gara telur yang dimakannya di hari sebelumnya. Silmi sedih dan merasa tak berdaya. Tapi ayah bunda Silmi mampu membangkitkan semangat putrinya. Terlecutlah hati gadis berambut kriwil itu. Ia tak mau merasa sakit dan yakin tetap sanggup berada di antara teman-temannya. Bersama mereka Silmi ingin dapat bernyanyi dengan gembira. Dengan percaya diri ia kembali bersuara dan menggerakkan tubuhnya –seperti saat latihan- ketika pertunjukan jadi berlangsung di malam hari. Tak sedetik jua bocah itu mundur, hingga tiba gilirannya bernyanyi sendiri. Tepuk tangan riuh mengiringi akhir pergelaran. Bahagia dan lega hati Silmi, begitu bangga pula niscaya kedua orang tuanya. Syukurlah...
14 November 2009
#
Sebuah catatan kecil dari pentas ’Cindelaras’ AFC TBY pada Senin malam, 9 November 2009 di concert hall.
Selamat buat Mas Broto, Pak Sigit, Pak Hugo, Mbak Yayuk, Mbak There, Mbak Utik, Mas Ibed, Mas Pardiman, dan semua anak-anak AFC (juga orang tuanya). Terima kasih untuk Bu Dian, Bu Eka, dan semuanya saja di TBY.